Showing posts with label Kanker. Show all posts
Showing posts with label Kanker. Show all posts

Saturday, April 13, 2013

Apa Saja Gejala Kanker Kolorektum

Pada stadium dini gejala kanker kolorektum biasanya tidak menunjukkan gejala.

image : tovima.gr

Apa saja gejala kanker kolorektum?

Tanda peringatan yang cenderung muncul meliputi :

  • Perubahan kebiasaan buang air besar, meliputi konstipasi/sembelit atau diare yang terus-menerus, perasaan tidak dapat mengosongkan seluruh kotoran dari dalam usus, kesulitan mengendalikan buang air besar, kram atau pendarahan pada rektum
  • Bercak-bercak darah pada tinja/feses, dan tinja/feses yang berbentuk kurus dan memanjang ("pencil stools")
  • Ketidaknyaman pada perut atau rasa kembung
  • Kelelahan, kehilangan nafsu makan dan/atau berat badan
  • Nyeri panggul, yang umumnya terjadi pada stadium lanjut

Kapan saatnya anda harus mencari pertolongan medis?

  • Anda menyadari perubahan kebiasaan buang air besar, mengalami pendarahan dari rektum, atau menyadari adanya darah pada tinja/feses. Tanpa menganggap anda menderita hemorrhoid (ambeien/wasir) dokter akan melakukan pemeriksaan rektum, sigmoidoscopy, atau colonoscopy, pemeriksaan yang menggunakan tabung fleksibel panjang yang disisipkan pada rektum.
  • Anda mengalami nyeri perut yang terus-menerus, penurunan berat badan, dan kelelahan. Gejala ini mungkin berhubungan dengan penyebab lainnya, namun dapat juga dikaitkan dengan kanker kolorektum.
  • Anda didiagnosis mengidap anemia. Dalam menentukan penyebabnya, dokter akan memeriksa kemungkinan tejadinya pendarahan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kanker kolorektum.

Kanker Kolorektum

Artikel berikut menjelaskan apa itu kanker kolorektum, penyebabnya, faktor resiko dan cara pencegahan.
image : healthypro.org

Apa itu kanker kolorektum?

Usus besar tersusun dari kolon yang membentang sepanjang 4 – 6 kaki dan rektum yang hanya sepanjang 4 – 6 inci.

Dinding dalam pembuluh kolorektum ini dapat menjadi tempat yang subur untuk berkembangnya tumor kecil yang disebut polip. Di Amerika Serikat, sekitar ¼ dari seluruh orang dewasa yang berusia di atas 50 tahun memiliki sedikitnya 1 polip kolorektum.

Sebagian besar polip tidak berbahaya, namun terdapat sedikitnya 1 tipe polip bernama adenomatous polyps yang dikenal sebagai pra kanker (calon kanker).

Ukuran polip berhubungan dengan perkembangan kanker. Polip dengan ukuran kurang dari 1 cm memiliki kemungkinan hanya sekitar 1% untuk berubah menjadi kanker. Sedangkan polip dengan ukuran lebih dari 2 cm memiliki kemungkinan sebesar 40% untuk berubah menjadi kanker. Sebagian kasus kanker kolorektum berkembang dari polip pada jaringan kelenjar di dinding usus.

Jika didiagnosis dan ditangani sejak dini ketika tumor masih terlokalisir, kanker kolorektum memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi, dengan survival rate (angka kelangsungan hidup) 5 tahun sekitar 90%. Jika tumor terus berkembang, kanker dapat menyebar secara langsung melalui dinding usus ke limfe (kelenjar getah bening), jaringan, dan organ di sekitarnya, serta ke dalam aliran darah.

Sekali kanker menyebar ke limfe atau organ lain, perawatan yang dilakukan akan lebih sulit untuk mencapai keberhasilan. Tergantung pada seberapa jauh perkembangan kanker, survival rate 5 tahun bervariasi dari 9 – 93 %.

Walaupun diagnosis mungkin ditemukan pada stadium dini, beberapa pasien sering terlambat mencari pertolongan medis karena ketakutan mereka sendiri. Resiko meningkat secara signifikan pada mereka yang berusia di atas 50 tahun dan terus meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Apa penyebab kanker kolorektum?

Penyebab kanker kolorektum tidak diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor resiko yang meliputi :

  • Penyakit lain
    Kanker kolorektum berhubungan erat dengan penyakit-penyakit tertentu. Mereka yang dianggap memiliki resiko tinggi meliputi mereka yang memiliki riwayat pribadi atau keluarga menderita polip atau kanker kolon, penyakit radang usus seperti ulcerative colitis atau Crohn's disease, dan kanker pankreas, payudara, ovarium, atau rahim
  • Keturunan
    Seperti penyakit kanker lainnya, kecenderungan terhadap kanker kolorektum sebagian ditentukan oleh susunan genetik. Sebagian kecil penderita mewarisi kondisi medis tertentu, seperti Familial Adenomatous Polyposis (FAP), MYH-Associated Polyposis (MAP), Gardner's syndrome (gabungan antara polyposis, osteoma, fibroma, dan kista sebasea), Turcot's syndrome (gabungan antara polyposis dan tumor otak seperti medulloblastoma dan malignant glioma), Peutz-Jagher's syndrome (merupakan penyakit genetik autosomal dominan dengan karakteristik : polyposis pada saluran pencernaan dan hiperpigmentasi makula pada bibir dan mukosa mulut, juvenile polyposis, and Cowden's disease (merupakan penyakit genetik autosomal dominan dengan karakteristik hamartoma multipel). Pada seluruh kondisi yang disebutkan di atas, polip kolon terjadi pada usia yang lebih muda, dan jika tidak ditangani, hampir pasti berkembang menjadi kanker kolorektum.
  • Lynch Syndrome (Hereditary Non-Polyposis Colon Cancer (HNPCC))
    Penyakit ini berkembang dari generasi ke generasi dan menyebabkan seseorang terserang kanker kolon pada usia muda dengan lebih dari 100 polip kolon. Penyakit ini dihubungkan dengan penyakit kanker lainnya yang meliputi kanker endometrium, usus kecil, saluran kencing bagian atas, kandung kemih, ovarium, saluran empedu, kulit, dan pankreas.
  • Diet
    Diet juga berperan dalam memberikan resiko kanker kolorektum, walaupun hubungan sebab-akibatnya masih belum jelas. Mereka yang diet tinggi buah-buahan dan sayur-sayuran tampakn mengalami penurunan resiko kanker kolorektum. Beberapa penelitian menunjukkan keterlibatan lemak dan protein hewani sebagai pemicu terjadinya kanker kolorektum, walaupun peneliti berhati-hati dalam mengambil kesimpulan yang tepat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi daging merah yang kaya akan protein dan lemak jenuh meningkatkan resiko kanker kolorektum, sementara yang lainnya tidak menemukan kaitannya. Beberapa ilmuwan mencatat bahwa lemak merupakan tersangka utama, sedangkan yang lainnya mencurigai protein. Ada juga yang berpendapat bukan lemak dan protein itu sendiri, melainkan bagaimana cara memasaknya. Mereka mencatat lemak dan protein yang dimasak dengan temperatur tinggi, khususnya jika dipanggang atau dibakar, dapat menghasilkan sejumlah besar substansi yang potensial menyebabkan kanker kolorektum.
  • Zat kima
    Paparan berat zat kimia tertentu termasuk klorin yang dalam jumlah kecil biasa digunakan untuk menjernihkan air minum, mungkin meningkatkan resiko kanker kolorektum. Terpapar asbestos juga dianggap berpotensi bahaya karena dianggap sebagai penyebab pembentukan polip kolon.
  • Riwayat operasi
    Pada beberapa penelitian, operasi-operasi seperti ureterosigmoidostomy, yang dilakukan pada perawatan kanker kandung kemih dan cholecsytecomy (pengangkatan kandung empedu) dikaitkan dengan resiko terjadinya kanker kolon.
  • Riwayat kanker kolon
    Kasus kanker kolon sebelumnya dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker kolon untuk kedua kalinya, terutama jika kanker kolon pertama didiagnosis sebelum usia 60 tahun.
  • Gaya hidup
    Rokok dan alkohol meningkatkan resiko terjadinya kanker kolon.
  • Riwayat keluarga
    Mereka yang berada dalam 1 garis keturunan dengan penderita kanker kolorektum memiliki peningkatan resiko kanker kolorektum. Resiko meningkat jika dalam 1 garis keturunan terdapat lebih dari 1 orang penderita kanker kolorektum.
  • Radiasi
    Terpapar radiasi (pada pemeriksaan atau perawatan kanker) sebelumnya meningkatkan resiko kanker hanya pada jaringan yang terpapar radiasi.

Siapa saja yang memiliki resiko kanker kolorektum?

Walaupun penyebab pasti kanker kolorektum tidak diketahui, namun ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko seseorang terserang kanker kolorektum, yang meliputi :

  • Usia
    Resiko kanker kolorektum meningkat seiring dengan pertambahan usia. Penyakit ini paling umum terjadi pada mereka yang berusia di atas 50 tahun. Namun, penyakit ini juga dapat menyerang mereka yang lebih muda.
  • Jenis kelamin
    Secara keseluruhan resiko kanker kolorektum pada pria dan wanita adalah seimbang. Namun, wanita memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap kanker kolon, sementara pria memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap kanker rektum.
  • Polip
    Polip adalah pertumbuhan yang tidak bersifat kanker pada dinding dalam kolon atau rektum, namun ada 1 tipe polip bernama adenoma yang meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektum. Adenomas merupakan polip yang dianggap sebagai perintis atau langkah awal menuju kanker kolon dan rektum.
  • Riwayat pribadi
    Penelitian menunjukkan wanita yang memiliki riwayat kanker ovarium, rahim, atau payudara memiliki resiko yang sedikit lebih tinggi untuk terserang kanker kolorektum. Seseorang yang sudah pernah terserang kanker kolorektum mungkin akan terserang kembali untuk kedua kalinya, khususnya jika kanker pertama didiagnosisi sebelum usia 60 tahun. Sebagai tambahan, seseorang yang memiliki kondisi peradangan kronis pada kolon, seperti ulcerative colitis atau Crohn's disease berada dalam resiko yang lebih tinggi untuk terserang kanker kolorektum.
  • Riwayat keluarga
    Orang tua, saudara kandung, dan anak-anak dari seorang penderita kanker kolorektum memiliki kecenderungan untuk terserang kanker kolorektum. Jika terdapat 2 orang atau lebih anggota keluarga menderita kanker kolorektum, resiko meningkat sampai 20%. Riwayat keluarga menderita Familial Adenomatous Polyposis (FAP), MYH Associated Polyposis (MAP), atau Hereditary Non-Polyposis Colon Cancer (HNPCC) meningkatkan resiko terjadinya kanker kolon. HNPCC juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit kanker lainnya.
  • Diet
    Diet rendah serat serta tinggi lemak dan kolesterol dikaitkan dengan peningkatan resiko terjadinya kanker kolorektum.
  • Gaya hidup
    Rokok, alkohol, malas berolahraga, dan kelebihan berat badan mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektum.
  • Diabetes
    Penderita diabetes memiliki 30 – 40 % peningkatan resiko kanker kolorektum.
  • Daerah geografis
    Insiden kanker kolorektum tertinggi di negara-negara industri maju, sedangkan yang terendah di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Memiliki 1 atau lebih faktor resiko di atas tidak menjamin bahwa anda akan terserang kanker kolorektum. Namun, sebaiknya anda diskusikan dengan dokter mengenai faktor resiko yang anda miliki. Dokter mungkin dapat menyarankan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan anda terserang kanker kolorektum.

Bagaimana cara mencegah kanker kolorektum?

Pada beberapa orang, sangat jelas alasan mengapa mereka terserang kanker kolorektum, yaitu karena mereka mewarisi penyakit tersebut. Namun pada sebagian besar penderita, penyebabnya tidak dapat teridentifikasi. Tanpa mengetahui penyebabnya, pencegahan penyakit akan menjadi perkara yang rumit. Penelitian menunjukkan bahwa aspirin mungkin membantu mencegah Hereditary Non-Polyposis Colorectal Cancer (HNPCC). Obat-obatan lain seperti cecloxib dan sulindac yang merupakan obat-obatan untuk arthritis (radang sendi), mungkin membantu mengurangi rekurensi (kekambuhan) adenomatus polyps. Selain itu diet sehat, tidak merokok, dan olahraga teratur dipercaya dapat membantu mencegah kanker kolorektum.

Diet sehat dan berolahraga secara teratur

Para ahli merekomendasikan bahwa sebagai langkah awal menuju pencegahan kanker kolorektum, kita harus memperhatikan diet sehat (rendah lemak dan tinggi serat) dan berolahraga secara teratur. Untuk menurunkan kadar lemak dalam diet sehari-hari, anda dapat mengubah pola makan dan cara memasaknya. Sumber utama lemak terdapat pada daging, telur, produk olahan susu, dan minyak yang biasa digunakan dalam memasak. Untuk meningkatkan kadar serat dalam diet sehari-hari makan lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan, roti gandum dan sereal.

Aspirin

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa aspirin mungkin menghentikan penggandaan diri sel-sel kanker. Sebagai tambahan, obat-obatan NSAID lainnya seperti sulindac dan cecloxib mungkin memperkecil ukuran polip kolon, sehingga resiko kanker kolon juga ikut berkurang. Namun, seberapa besar dosis yang dibutuhkan untuk memberi efek penurunan resiko kanker kolon ini masih belum diketahui. Sebagai tambahan, tidak semua orang dapat bertoleransi terhadap efek aspirin atau obat-obatan NSAID lainnya yang berhubungan dengan masalah pencernaan, peningkatan resiko pendarahan, interaksi obat, atau permasalahan medis lainnya. Jika anda khawatir mengenai resiko terjadinya kanker kolon, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengkonsumsi aspirin.

Pemeriksaan rutin

Sebagian besar masalah kesehatan memberikan respon terbaik terhadap perawatan jika didiagnosis sedini mungkin. Untuk menangkap abnormalitas sedini mungkin, anda mungkin membutuhkan pemeriksaan rutin yang meliputi pemeriksaan rektum, pemeriksaan darah dalam feses/tinja, dan pemeriksaan lainnya seperti barium enema, flexible sigmoidoscopy, atau colonoscopy. Pemeriksaan yang direkomendasikan dokter tergantung pada resiko kanker kolorektum individual.

Diagnosis dan Perawatan Kanker Kolorektum

Diagnosis dan perawatan kanker kolorektum - Memasuki usia 50 tahun, sebaiknya kita mulai melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi dini kanker kolorektum (terutama direkomendasikan bagi mereka yang beresiko tinggi).

image : columbiasurgery.org


Bagaimana diagnosis kanker kolorektum?

Pemeriksaan rutin tradisional yang biasa dilakukan dokter adalah Digital Rectal Exam (DRE) atau pemeriksaan colok dubur. Sedangkan yang dapat anda lakukan adalah mengumpulkan 3 sampel feses/tinja untuk pemeriksaan jejak darah didalamnya. Kedua pemeriksaan ini dilakukan 1 kali per tahun. Selain itu, setiap 3 – 5 tahun anda mungkin mendapatkan sigmoidoscopy dan Double-Contrast Barium Enema untuk melihat bagian bawah kolon.

Jika hasil pemeriksaan menunjukkan sesuatu yang abnormal, anda akan dirujuk untuk mendapatkan colonoscopy. Colonoscopy merupakan pemeriksaan kolon dan rektum dengan sebuah scope atau tabung fleksibel yang menyerupai sigmoidoscope namun lebih panjang.

Sekarang, sebagian besar dokter menganjurkan untuk melakukan colonoscopy setiap 10 tahun. Namun, pemeriksaan lain terkadang direkomendasikan jika pasien tidak bisa atau tidak mau menjalani colonoscopy. Tersedia sebuah prosedur pemeriksaan non-invasif yang bernama Virtual Colonoscopy (VC) atau disebut juga CT Colonography, yang tidak menggunakan tabung, melainkan menggunakan spiral computed tomography, yang menghasilkan gambaran 3 dimensi kolon setelah dikosongkan dan kemudian diisi dengan udara.

Biopsi atau sampel jaringan dari daerah yang tampak mencurigakan dapat diambil selama prosedur colonoscopy untuk analisis laboratorium.

Biopsi dibutuhkan untuk memastikan diagnosis kanker. Sedangkan pencitraan menggunakan sinar-X serta CT scans pada perut, dada, dan panggul dilakukan untuk mencari tahu apakah kanker sudah menyebar ke tempat lain. Positron Emission Tomography (PET) scans merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas tinggi untuk mendeteksi metastasis (penyebaran) kanker kolon. Biasanya pemeriksaan ini lebih membantu dalam mendeteksi rekurensi (kekambuhan) dibandingkan dengan penggunaannya dalam menentukan stadium.

Tes darah juga mungkin dilakukan untuk mencari tahu seberapa baik fungsi hati dan ginjal, untuk mengetahui apakah anda mengalami anemia atau tidak serta untuk mengukur kadar substansi yang disebut dengan CarcinoEmbryonic Antigen (CEA), yang sering ditemukan dalam darah dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari normal pada kasus kanker kolorektum, terutama jika kanker telah menyebar.

Bagaimana perawatan kanker kolorektum?

Perawatan kanker kolorektum tidak hanya melibatkan terapi spesifik untuk menyembuhkan atau mengendalikan penyakit, melainkan juga strategi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien. Mengembalikan dan memelihara kualitas hidup merupakan isu sentral bagi dokter, sebagaiman halnya bagi kerabat pasien.

Beberapa terapi komplementer dapat memberi nilai tambah jika dilakukan bersama dengan perawatan medis standar untuk membantu pasien lebih bertoleransi terhadap penyakit yang diderita beserta perawatannya. Namun, terapi komplementer tidak pernah bisa menggantikan perawatan standar kanker.

Tipe utama perawatan kanker kolorektum meliputi operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Tergantung pada stadium kanker, perawatan-perawatan tersebut mungkin perlu untuk dikombinasikan.

Operasi

Operasi merupakan perawatan yang paling efektif bagi tumor kolorektum yang bersifat lokal. Tumor yang sangat kecil dapat dibuang melalui colonoscopy. Namun pada tumor yang kecil sekalipun, pembuangan kolon yang mengandung jaringan tumor, jaringan lemak di sekitarnya, dan limfe (kelenjar getah bening) terdekat merupakan perawatan terbaik. Operasi mungkin dilakukan melalui laparoscopy maupun metode terbuka dengan insisi (sayatan) yang lebih besar.

Biasanya ahli bedah dapat menyambungkan kembali bagian kolon dan rektum yang sehat. Namun jika hal tersebut tidak memungkinkan, ahli bedah akan membentuk stoma, sebuah lubang buatan pada dinding perut, dimana rute kolon yang terputus akan dialihkan ke stoma dan menjadi tempat berkumpulnya kotoran yang dikeluarkan. Prosedur ini disebut dengan colostomy, dan biasanya hanya bersifat sementara. Ketika masa penyembuhan telah tercapai, operasi kedua akan dilakukan untuk menghubungkan kembali kolon dan rektum. Colostomy yang bersifat permanen lebih umum dibutuhkan pada kanker rektum, dimana mempertahankan rektum merupakan suatu hal yang sulit untuk dilakukan.

Segera setelah operasi, pasien dapat menerima obat-obatan penghilang nyeri maupun obat-obatan lainnya untuk meringankan diare atau konstipasi/sembelit yang bersifat sementara. Setelah operasi, pasien diberi motivasi untuk makan makanan yang bergizi, tinggi kalori dan protein, dengan tujuan untuk memperoleh kekuatan dan agar proses penyembuhan terjadi sebagaimana mestinya.

Radioterapi

Radioterapi merupakan perawatan menggunakan sinar berenergi tinggi yang menghancurkan sel-sel kanker. Pada kanker rektum, radiasi biasanya diberikan setelah operasi bersama-sama dengan kemoterapi (disebut sebagai terapi adjuvant), dengan tujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang masih tertinggal. Selain itu, radiasi dapat dilakukan bersama-sama dengan kemoterapi sebelum operasi (disebut sebagai terapi neoadjuvant) dengan tujuan untuk menyusutkan ukuran tumor yang besar sehingga operasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Pada kanker rektum stadium lanjut, radiasi dapat dilakukan untuk menyusutkan ukuran tumor yang menyebabkan gejala penyumbatan pada saluran pencernaan, pendarahan, dan rasa nyeri.

Radioterapi dapat dilakukan pada penderita kanker kolon dengan tumor yang melekat pada organ lain dalam perut, atau jika tumor ditemukan berdekatan dengan tepi kanker yang telah dioperasi.

Kemoterapi

Obat-obatan kemoterapi digunakan untuk mengobati berbagai stadium kanker kolorektum. Obat-obatan tersebut meliputi 5 – flurouracil, Xeloda, Camptosar, dan Eloxatin. Obat-obatan ini umumnya digunakan dalam kombinasi antara yang 1 dengan yang lainnya. Kemoterapi dapat diberikan secara langsung pada hati jika kanker kolon telah bermetastasis ke hati.

Ada 5 jenis obat-obatan yang telah diakui dalam pengobatan kanker kolon yang bekerja dengan cara yang sama sekali berbeda. Obat-obatan tersebut adalah Erbitux, Avastin, Stivarga, Zaltrap, dan Vectibix, suatu bentuk terapi kanker yang disebut dengan immunotherapy atau biotherapy. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara memblokir suplai darah atau protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel-sel kanker. Obat-obatan tersebut dapat digunakan untuk pengobatan kanker kolorektum stadium lanjut, dimana kanker telah bermetastasis (menyebar) ke bagian tubuh lainnya.

Ketika kanker kolon atau rektum mencapai masa remisi, follow-up exam untuk mendeteksi rekurensi (kekambuhan) sangat penting untuk dilakukan. Namun, ratusan ribu penderita dapat menjalani hidup normal dengan nyaman setelah operasi dan colostomy. Walaupun penyesuaian diri untuk menjalani kehidupan setelah colostomy membutuhkan waktu, dukungan, dan pengertian, sebagian besar penderita dengan stoma dapat kembali menikmati makanan seperti sediakala.

Stadium Kanker Kolorektum, Kolon, Rektum

Stadium kanker usus besar (kanker kolorektum), Kolon, Rektum - Stadium kanker kolon dan rektum ditentukan berdasarkan seberapa luas penyebarannya pada dinding kolon atau rektum dan apakah sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Penentuan stadium ini memungkinkan dokter untuk menentukan rencana perawatan terbaik dan juga memungkinkan dokter untuk mengevaluasi apakah kanker memberi respon yang baik atau tidak terhadap perawatan yang dilakukan.
image : c3life.com

Perawatan kanker kolon berdasarkan stadium

Bagi semua stadium kanker kolon, kecuali stadium IV, operasi pengangkatan tumor merupakan perawatan standar. Pada beberapa tipe kanker, perawatan tambahan (terapi adjuvant) mungkin direkomendasikan.

Stadium 0

Kanker hanya ditemukan pada dinding kolon yang paling dalam.

Perawatan yang biasa dilakukan :

  • Polypectomy atau eksisi lokal untuk membuang tumor dan sejumlah kecil jaringan di sekitarnya.
  • Reseksi untuk membuang kanker kolon yang lebih besar dan anastomosis untuk membuang bagian kolon yang rusak serta melekatkan kembali jaringan yang sehat untuk memelihara fungsi saluran pencernaan.
Operasi pengangkatan seluruh kanker dianggap sebagai pengobatan yang efektif.

Stadium I

Tumor telah menyebar dari dinding kolon yang paling dalam ke lapisan kedua dan ketiga. Namun, belum menyebar ke dinding luar kolon.

Perawatan standar melibatkan operasi pengangkatan kanker dan sejumlah kecil jaringan di sekitar tumor. Perawatan tambahan biasanya tidak dibutuhkan.

Operasi yang bersifat agresif untuk membuang seluruh jaringan tumor menawarkan potensi penyembuhan yang tinggi.

Survival rate (angka harapan hidup) 5 tahun untuk stadium ini dapat mencapai 93%.

Stadium II

Kanker berukuran lebih besar dan telah meluas sampai dinding otot kolon, namun belum ditemukan kanker pada limfe/kelenjar getah bening (struktur kecil yang ditemukan di seluruh tubuh yang berfungsi untuk memproduksi dan menyimpan sel-sel yang berperan dalam melawan infeksi)

Perawatan standar meliputi operasi pengangkatan kanker dan jaringan di sekitarnya. Kemoterapi mungkin juga diberikan sebagai tindakan kewaspadaan untuk mencegah rekurensi (kekambuhan) dan biasanya terbatas hanya bagi mereka yang beresiko tinggi saja. Onkologi (ahli dalam bidang kanker) akan membantu membuat keputusan apakah kemoterapi dibutuhkan atau tidak, karena pada stadium ini keuntungan diberikannya kemoterapi adalah minimal.

Survival rate (angka harapan hidup) 5 tahun untuk stadium ini sekitar 78%.

Stadium III

Kanker telah menyebar keluar dari kolon ke 1 atau lebih limfe (kelenjar getah bening).

Stadium IIIA : tumor masih berada di antara dinding kolon dan juga melibatkan limfe.

Stadium IIIB : tumor telah menyebar keluar dari kolon dan melibatkan 1 – 4 kelenjar getah bening.

Stadium IIIC : tumor telah melibatkan lebih dari 4 kelenjar getah bening.

Perawatannya meliputi :

  • Operasi pengangkatan kanker dan seluruh limfe yang terlibat jika memungkinkan.
  • Setelah operasi, pasien akan menerima obat-obatan kemoterapi 5 – flurouracil, leucovorin dan oxaliplatin, atau capecitabine yang dikombinasikan dengan oxaliplatin.
  • Radiasi mungkin dibutuhkan jika tumor berukuran besar dan menginvasi jaringan di sekitarnya. 
Survival rate (angka harapan hidup) 5 tahun untuk stadium ini sekitar 64%. Pasien dengan 1 – 4 limfe yang terlibat kanker memiliki survival rate yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang memiliki lebih dari 4 limfe yang terlibat kanker.

Stadium IV

Kanker telah menyebar keluar dari kolon ke bagian tubuh lainnya seperti hati atau paru-paru.

Perawatannya meliputi :

  • Operasi pengangkatan kanker atau prosedur lainnya yaitu bypass dan menghubungkan kolon yang sehat (anastomosis)
  • Operasi untuk mengangkat sebagian organ tubuh lain yang telah terlibat kanker seperti hati, paru-paru, dan ovarium.
  • Kemoterapi untuk meringankan gejala dan meningkatkan survival rate.
  • Erbitux, Avastin atau Vectibix yang dikombinasikan dengan kemoterapi standar, tergantung pada karakteristik tumor.
  • Zaltrap merupakan obat yang juga diterima penggunaannya sebagai kemoterapi pada kasus dimana kanker telah berkembang luas atau resisten terhadap perawatan.
  • Radiasi untuk meringankan gejala.
  • Terapi imunologi
Survival rate (angka harapan hidup) 5 tahun untuk stadium ini hanya mendekati 8%.

Kanker kolon yang rekuren

Kanker yang rekuren adalah jika kanker terjadi kembali setelah dilakukannya operasi diiringi dengan atau tanpa disertai kemoterapi sebagai terapi adjuvant. Rekurensi (kekambuhan) dapat terjadi di sekitar area kanker pertama maupun di organ yang jauh dari kolon.

Hati terlibat sekitar 2/3 bagian pada pasien yang meninggal akibat kanker kolorektum.

Rekurensi cenderung terjadi pada pasien dengan stadium lanjut pada saat pertama kali didiagnosis.

Perawatannya meliputi :

  • Operasi untuk membuang rekurensi kanker, yang mungkin akan memperpanjang harapan hidup dan pada beberapa kasus dapat memberi kesembuhan jika dilakukan bersama pemberian kemoterapi.
  • Jika metastasis kanker tidak dapat dihilangkan, kemoterapi menjadi perawatan yang utama.

Perawatan kanker rektum berdasarkan stadium

Penentuan stadium kanker rektum sama dengan kanker kolon, namun perawatannya mungkin berbeda karena lokasinya yang terletak pada usus besar bagian bawah.

Operasi pengangkatan kanker hampir selalu menjadi perawatan yang pertama.

Stadium 0

Tumor hanya terdapat pada dinding dalam rektum. Untuk menangani kanker stadium dini ini, operasi dapat dilakukan untuk membuang tumor atau sebagian kecil rektum dimana kanker terletak. Radioterapi baik yang diberikan secara eksternal maupun internal mungkin dapat dipertimbangkan.

Stadium I

Merupakan bentuk lain dari kanker stadium dini, dimana tumor telah menembus dinding dalam rektum namun belum sampai menembus dinding otot.

Perawatan yang biasa dilakukan :

  • Operasi pengangkatan kanker
  • Jika tumor berukuran kecil namun usia anda sudah terlalu lanjut atau anda sangat sakit, radioterapi saja dapat dilakukan untuk menangani kanker, namun belum terbukti memiliki efektifitas yang sama dengan operasi. Kemoterapi dapat juga ditambahkan untuk membantu menambah efektifitas radioterapi. 

Stadium II

Kanker sudah sedikit lebih lanjut. Tumor sudah sepenuhnya menembus dinding luar rektum dan mungkin menginvasi organ lain, seperti kandung kemih, ovarium, atau kelenjar prostat, namun belum melibatkan limfe (kelenjar getah bening).

Perawatannya meliputi :

  • Operasi untuk mengangkat semua organ yang terlibat kanker.
  • Radioterapi dan kemoterapi diberikan sebelum atau sesudah operasi.
  • Kemoterapi diberikan selama 4 bulan setelah operasi. 

Stadium III

Tumor telah menyebar ke limfe (kelenjar getah bening).

Perawatannya meliputi :

  • Operasi pengangkatan kanker.
  • Radioterapi dan kemoterapi diberikan sebelum atau sesudah operasi.

Stadium IV

Tumor telah menyebar ke bagian tubuh yang jauh (bermetastasis) dari rektum, seperti hati atau paru-paru. Ukuran tumor dapat bervariasi, namun biasanya tidak besar.

Perawatan andalan untuk stadium ini adalah kemoterapi, namun operasi pengangkatan kanker mungkin juga direkomendasikan. Operasi biasanya dilakukan untuk meringankan penyumbatan rektum dan mencegah pendarahan. Pada stadium ini, operasi tidak dianggap sebagai prosedur pengobatan, dengan pengecualian operasi pada metastasis kanker yang dapat membantu pasien bertahan hidup lama.

Jika hanya terdapat 1 atau 2 kanker pada hati, dapat dilakukan operasi pengangkatan metastasis kanker. Pilihan perawatan lainnya meliputi penghancuran sel-sel kanker melalui pembekuan (cyrosurgery) atau pemanasan (radiofrequency ablation). Pilihan terapi non bedah lainnya meliputi pemberian kemoterapi yang ditargetkan pada hati menggunakan radioisotop (chemoembolization /radioembolization) atau memutuskan suplai darah tumor pada hati (embolization).

Kanker rektum yang rekuren

Kanker yang rekuren adalah jika kanker terjadi kembali setelah dilakukannya perawatan. Rekurensi (kekambuhan) dapat terjadi di sekitar area kanker pertama maupun di organ yang jauh dari rektum.

Perawatannya meliputi :

  • Operasi untuk membuang rekurensi kanker. Penelitian menunjukkan bahwa operasi ini dapat membantu pasien bertahan hidup lebih lama.
  • Jika operasi yang dilakukan tidak dapat menghilangkan seluruh rekurensi kanker, beberapa ahli merekomendasikan kemoterapi diiringi dengan atau tanpa disertai radioterapi. Prosedur ini terkadang dapat menyusutkan ukuran tumor sehingga cukup memungkinkan untuk dilakukannya operasi pengangkatan tumor.

Apa Itu Kanker Usus Besar (Kanker Kolorektum), Gejala & Pencegahan

Apa Itu Kanker Usus Besar (Kanker Kolorektum), Gejala & Pencegahannya

image : arnoldehret.org

Kanker Usus Besar atau Kanker Kolorektum

Kolon

Kolon adalah pembuluh otot sepanjang 6 kaki yang menghubungkan usus halus dengan rektum. Kolon merupakan organ khusus yang sangat bertanggungjawab dalam memproses sisa-sisa makanan sehingga dapat meninggalkan usus dengan mudah. Kolon menyerap cairan dari sisa-sisa makanan sehingga menyisakan kotoran yang padat. 1 atau 2 kali sehari kolon mengirimkan kotoran tersebut kepada rektum untuk memulai proses pembuangan.

Rektum

Rektum adalah ruangan berukuran 8 inci yang menghubungkan kolon dengan anus. Rektum bertugas menerima kotoran dari kolon dan menyimpannya sampai proses pembuangan terjadi.

Apa itu Kanker Usus Besar (Kanker Kolorektum)?

Kanker yang bermula pada kolon disebut kanker kolon. Kanker yang bermula pada rektum disebut kanker rektum. Adapun kanker yang melibatkan kedua organ tersebut disebut kanker kolorektum atau kanker usus besar.

Kanker kolorektum terjadi ketika beberapa sel yang melapisi kolon atau rektum menjadi abnormal dan tumbuh di luar kendali.

Hubungan Polip Dengan Kanker Kolorektum

Di Amerika Serikat, kanker kolorektum berada dalam urutan ketiga penyebab utama kematian akibat kanker. Sangat disayangkan, sebagian besar kanker usus besar atau kanker kolorektum merupakan "silent" tumor, artinya kanker tumbuh dengan lambat dan tidak menunjukkan gejala sampai mencapai ukuran yang besar. Untungnya, kanker kolorektum mudah dicegah dan dapat disembuhkan jika terdeteksi dini.

Bagaiman terjadinya kanker kolorektum?

Kanker kolorektum biasanya bermula sebagai polip. Polip merupakan istilah yang tidak spesifik untuk menggambarkan pertumbuhan pada permukaan bagian dalam kolon yang tidak bersifat kanker, namun beberapa di antaranya dapat berkembang menjadi kanker.

2 tipe polip yang paling sering ditemukan pada kolon dan rektum adalah :

  • Hyperplastic and inflammatory polyps
    Tipe polip ini biasanya non-cancerous atau tidak memiliki resiko untuk berkembang menjadi kanker. Namun, polip yang berukuran besar terutama pada sisi sebelah kanan kolon perlu mendapat perhatian dan harus dibuang seluruhnya.
  • Adenomas atau adenomatous polyps
    Tipe polip ini merupakan pre-cancerous, yang artinya apabila dibiarkan begitu saja dapat berkembang menjadi kanker. 
Walaupun sebagian besar polip tidak berkembang menjadi kanker, namun pada hakekatnya semua kanker kolon dan rektum bermula dari pertumbuhan polip. Penderita mungkin mewariskan penyakit dimana resiko terjadinya polip dan kanker kolon sangat tinggi.

Kanker kolorektum juga mungkin terbentuk dari daerah pertumbuhan sel-sel abnormal (dysplasia) pada dinding kolon atau rektum, yang lebih sering dijumpai pada penderita dengan penyakit radang usus tertentu, seperti Crohn's Disease atau Ulcerative Colitis.  

Apa saja faktor resiko terjadinya kanker kolorektum?

Walaupun dapat terjadi pada siapa saja, namun kanker kolorektum paling umum terjadi pada mereka yang berusia di atas 50 tahun. Adapun faktor resiko terjadinya kanker kolorektum meliputi :
  • Riwayat pribadi atau keluarga menderita polip atau kanker kolorektum
  • Diet tinggi daging merah dan produk olahannya
  • Pernyakit radang usus (Crohn's Disease atau Ulcerative Colitis)
  • Faktor keturunan, seperti Familial Adenomatous Polyposis dan Hereditary Non-Polyposis Colon Cancer
  • Obesitas
  • Kebiasaan merokok
  • Inaktifitas fisik
  • Pecandu alkohol berat
  • Diabetes tipe 2 

Bagaimana gejala kanker kolorektum?

Sayangnya, kanker kolorektum mungkin menyerang tanpa menunjukkan gejala. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan rutin untuk membantu mendeteksi polip dan kanker kolorektum sedini mungkin, sekalipun anda tidak memiliki gejala. Berikut ini adalah pemeriksaan yang mungkin dilakukan :

  • Sigmoidoscopy
    Prosedur ini dilakukan untuk memeriksa rektum dan bagian paling akhir dari kolon. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi polip, kanker, dan abnormalitas lainnya pada kolon sigmoid dan rektum. Selama pemeriksaan ini, pengambilan sampel jaringan (biopsi) juga dapat dilakukan.
  • Colonoscopy
    Prosedur ini memeriksa seluruh bagian kolon dan rektum. Selama prosedur ini, polip dapat diambil dan dikirim untuk pemeriksaan patologi.
  • Colon X-rays
    Disebut juga Double-Contrast Barium Enema (DCBE) atau Lower Gastrointestinal Examination. Pemeriksaan ini memberikan gambaran outline dari dinding kolon dan rektum untuk mendeteksi abnormalitas.
  • CT Colonography
    Merupakan pemeriksaan sinar-X khusus yang dilakukan pada seluruh bagian kolon menggunakan CT (computed tomography) scanner. Pemeriksaan ini memakan waktu yang lebih singkat dan tidak begitu invasif dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya. Namun, jika terdeteksi adanya polip, pemeriksaan colonoscopy standar perlu dilakukan.
Gejala paling dini dari kolon kanker adalah pendarahan. Pada sebagian besar tumor, pendarahan terjadi dalam jumlah kecil dan tidak terus-menerus. Pendarahan ini hanya ditemukan selama pemeriksaan kimia feses/tinja, atau disebut juga occult bleeding, artinya pendarahan yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Ketika tumor telah tumbuh membesar, terjadi perubahan frekuensi atau banyaknya darah yang ditemukan pada feses/tinja.

Gejala kanker usus besar atau kanker kolorektum meliputi :

  • Perubahan kebiasaan buang air besar (konstipasi/sembelit atau diare) yang menetap
  • Darah pada feses/tinja
  • Ketidaknyamanan di perut
  • Penurunan berat badan
  • Anemia.  

Apa yang terjadi ketika polip kolorektum ditemukan?

Jika polip kolorektum ditemukan, polip harus diambil dan dikirimkan ke laboratorium untuk dianalisis di bawah mikroskop. Setelah tipe polip ditentukan, interval follow up untuk pemeriksaan colonoscopy berikutnya dapat ditentukan.

Bagaimana penanganan kanker kolorektum?

Sebagian besar polip kolorektum dapat dibuang selama pemeriksaan colonoscopy rutin dan dianalisis di bawah mikroskop. Adenoma yang sangat besar dan kanker kolorektum dapat dibuang melalui operasi. Jika kanker ditemukan pada stadium dini, operasi dapat menyembuhkannya. Namun jika ditemukan pada stadium lanjut, kanker mungkin ditangani dengan berbagai cara tergantung pada lokasinya, dan meliputi operasi, radioterapi, dan kemoterapi.

Bagaimana cara mencegah kanker kolorektum?

Pola hidup sehat yang meliputi tidak merokok, olahraga secara teratur, memelihara berat tubuh yang sehat, diet yang rendah daging merah serta tinggi sayur-sayuran dan buah-buahan mungkin bisa jadi langkah awal terbaik dalam pencegahan kanker secara umum.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aspirin dan obat-obatan golongan NSAID mungkin membantu mencegah kanker kolon pada penderita Familial Adenomatous Polyps. Namun obat-obatan golongan NSAID juga meningkatkan resiko komplikasi serius seperti pendarahan dalam perut dan serangan jantung, sehingga penggunaannya tidak direkomendasikan.

Pemeriksaan rutin adalah langkah penting lainnya dalam pencegahan kanker. Berikut ini merupakan pemeriksaan rutin yang direkomendasikan bagi mereka yang beresiko tinggi (walaupun tidak memiliki gejala atau riwayat keluarga) yang sebaiknya dilakukan mulai usia 50 tahun :

  • Pemeriksaan feses/tinja
    Pemeriksaan ini dilakukan setiap 1 tahun, untuk melihat pendarahan yang tidak kasat mata. Jika pemeriksaan ini menunjukkan hasil yang abnormal, maka colonoscopy harus dilakukan.
  • Flexible sigmoidoscopy
    Pemeriksaan ini dilakukan setiap 5 tahun, untuk memeriksa bagian dalam kolon sigmoid (bagian paling bawah dari usus besar) dan rektum. Pemeriksaan ini dapat melewatkan polip, kanker, atau abnormalitas lainnya yang letaknya jauh dari jangkauan pemeriksaan. Jika abnormalitas terdeteksi, maka colonoscopy harus dilakukan.
  • Colonoscopy
    Pemeriksaan ini dilakukan setiap 10 tahun, kecuali jika ditemukan abnormalitas pada pemeriksaan lainnya.
  • Air contrast barium enema
    Pemeriksaan ini dilakukan setiap 5 tahun. Barium dimasukkan melalui anus, kemudian udara ditiupkan untuk membuat barium menyebar ke seluruh dinding kolon dan rektum, dan menghasilkan gambaran outline bagian dalam kolon dan rektum pada pemeriksaan sinar-X. Pemeriksaan ini dapat melewatkan polip atau kanker yang berukuran kecil. Jika abnormalitas terdeteksi, maka colonoscopy harus dilakukan.
  • CT colongraphy (virtual colonoscopy)
    Pemeriksaan ini dilakukan setiap 5 tahun. Jika abnormalitas terdeteksi, maka colonoscopy harus dilakukan. 
Bagi mereka yang memiliki resiko lebih tinggi (riwayat pribadi menderita polip kolorektum dan/atau penyakit radang usus, atau riwayat keluarga menderita kanker kolorektum) colonoscopy dapat mulai dilakukan pada usia yang lebih muda. Adapun usia yang tepat dan interval waktu pemeriksaan tergantung pada faktor resiko yang spesifik.

Gejala, Penyebab, Pencegahan Kanker Serviks & Faktor Resiko

Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi ketika sel-sel abnormal di leher rahim tumbuh diluar kendali. Bagaimana gejala, penyebab, pencegahan & faktor resiko kanker serviks?
 

Gejala Kanker Serviks

Perubahan abnormal sel-sel serviks jarang menunjukkan gejala. Jika perubahan abnormal sel-sel serviks telah berkembang menjadi kanker, gejala kanker serviks yang mungkin muncul meliputi :
  • Pendarahan dari vagina atau keputihan yang berlendir dan berdarah.
  • Perubahan siklus menstruasi yang signifikan tanpa penyebab yang jelas.
  • Pendarahan ketika sesuatu berkontak dengan serviks, misalnya pada saat berhubungan seksual atau ketika pemasangan alat kontrasepsi spiral.
  • Rasa nyeri pada saat berhubungan seksual.
Gejala kanker serviks stadium lanjut mungkin meliputi :
  • Anemia akibat pendarahan abnormal vagina.
  • Nyeri panggul, tungkai, atau punggung yang terus-menerus.
  • Masalah buang air kecil karena sumbatan pada ginjal atau saluran kencing.
  • Kebocoran urin/air seni atau feses/tinja pada vagina. Hal ini terjadi ketika fistula atau pembukaan abnormal terbentuk antara vagina dengan kandung kemih atau rektum.
  • Penurunan berat badan.

Penyebab Kanker Serviks

Penyebab kanker serviks disebabkan oleh perubahan abnormal sel-sel serviks. Sebagian besar perubahan sel-sel serviks yang bersifat prakanker atau kanker terjadi di zona transformasi, karena sel-sel di daerah ini normalnya mengalami perubahan yang konstan.
 
Selama proses perubahan alami ini, beberapa sel serviks berubah menjadi abnormal ketika anda terinfeksi Human Papillomavirus (HPV). Beberapa faktor mungkin jadi penyebab kanker serviks seperti seks bebas dan kebiasaan merokok.

Faktor Yang Meningkatkan Resiko Kanker Serviks

Hal-hal yang mungkin meningkatkan resiko kanker serviks meliputi :
  • Mengalami infeksi HPV
    HPV merupakan infeksi yang ditularkan melalui kontak seksual dan merupakan penyebab kanker serviks yang paling umum.
  • Perilaku seksual yang beresiko tinggi
    Perilaku ini meliputi seks bebas atau kebiasaan berganti-ganti pasangan. Hubungan seks yang aman yaitu hanya dengan pasangan yang sah dapat menurunkan resiko kanker serviks.
  • Memiliki gangguan sistem imun
    Sebagai contoh, wanita dengan infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) akan :
    • Memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi HPV.
    • Cenderung mengalami perubahan pada sel-sel servikal akibat infeksi HPV.
    • Perubahan sel-sel serviks akibat infeksi HPV cenderung lebih cepat berkembang menjadi kanker serviks.
  • Kebiasaan merokok atau perokok pasif

Pencegahan Kanker Serviks

Pada pencegahan kanker serviks Anda dapat mengobati perubahan sel-sel (dysplasia) serviks, yang dapat menurunkan resiko kanker serviks. Anda juga dapat menurunkan resiko terjadinya perubahan abnormal sel-sel serviks.

Pemeriksaan pap smear rutin

Rekomendasi jadwal pap smear didasarkan pada usia dan hal-hal yang dapat meningkatkan resiko anda terhadap kanker serviks. Pada sebagian besar wanita, waktu terbaik untuk melakukan pap smear adalah setiap 1 – 3 tahun. Konsultasikan dengan dokter mengenai kapan yang tepat untuk mulai mendapatkan pap smear pertama kali.

Berhenti merokok

Wanita yang merokok atau perokok pasif memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap perubahan sel-sel serviks yang dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks.

Mendapatkan vaksin HPV

Jika anda berusia 26 tahun atau kurang, anda bisa mendapatkan vaksin HPV. Vaksin Cervarix dan Gardasil melindungi anda terhadap 2 tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks. Serangkaian suntikan direkomendasikan bagi gadis berusia 11 atau 12 tahun dan dapat diberikan pada wanita sejak usia 9 sampai 26 tahun.

Menurunkan resiko infeksi menular seksual

Mencegah infeksi menular seksual termasuk HPV lebih mudah daripada mengobati infeksi yang telah terjadi. Infeksi HPV biasanya tidak menunjukkan gejala, sehingga anda atau pasangan mungkin tidak mengetahui jika telah terinfeksi.
 
Infeksi seksual menular temasuk HPV dapat menyebar melalui alat kelamin, anus, mulut atau tenggorokan selama aktifitas seksual. Cara terbaik untuk menghindari infeksi virus ini adalah melakukan hubungan seks yang aman yaitu hanya dengan pasangan anda yang sah.

Apa itu Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim), Penyebab, Gejala, Diagnosis, Perawatan

Berikut ini artikel tentang apa itu kanker serviks (kanker leher rahim), penyebab, gejala, perawatan dan pencegahannya.

Apa itu kanker kanker serviks (kangker leher rahim)?

Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi ketika sel-sel abnormal di leher rahim tumbuh diluar kendali. Serviks atau leher rahim adalah bagian rahim paling bawah yang terbuka menuju vagina. Kanker serviks seringkali berhasil diobati jika ditemukan sedini mungkin. Kanker serviks biasanya ditemukan pada stadium dini saat pemeriksaan pap smear.
 

Apa penyebab kanker serviks (kangker leher rahim)?

Penyebab kanker serviks atau kanker leher rahim sebagian besar disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV). Anda bisa mendapatkan HPV melalui kontak seksual. Ada beberapa tipe HPV, dan tidak semua tipe HPV dapat menyebabkan kanker serviks. Beberapa diantaranya dapat menyebabkan Condylomata Acuminata (kutil kelamin), sedangkan yang lainnya tidak menyebabkan gejala apapun.
 
Anda dapat memiliki HPV selama bertahun-tahun tanpa mengetahuinya. Virus bertahan dalam tubuh dan dapat memicu terjadinya kanker serviks setelah anda terinfeksi bertahun-tahun lamanya. Itu sebabnya mengapa sangat penting untuk melakukan pap smear secara teratur. Pap smear dapat mendeteksi perubahan yang terjadi pada sel-sel serviks sebelum berubah menjadi kanker. Jika anda melakukan perawatan terhadap perubahan yang terjadi pada sel-sel serviks, anda mungkin dapat mencegah terjadinya kanker serviks.

Apa gejala kanker serviks?

Perubahan abnormal sel-sel serviks jarang menunjukkan gejala. Anda mungkin akan mengalami gejala jika perubahan abnormal tersebut telah berkembang menjadi kanker. Gejala kanker serviks dapat meliputi :
  • Pendarahan abnormal dari vagina atau perubahan pada siklus menstruasi tanpa penyebab yang jelas.
  • Pendarahan ketika sesuatu berkontak dengan serviks, misalnya ketika berhubungan seksual atau pada saat pemasangan alat kontrasepsi spiral.
  • Rasa nyeri ketika berhubungan seksual.
  • Keputihan yang disertai dengan darah.

Bagaimana kanker serviks didiagnosis?

Sebagai bagian dari pelvic exam (pemeriksaan rongga panggul) rutin, anda akan mendapatkan pap smear. Selama pemeriksaan pap smear, dokter akan mengambil sampel dari sel-sel pada permukaan serviks untuk melihat ada tidaknya perubahan pada sel-sel tersebut. Jika pap smear menunjukkan adanya perubahan sel-sel yang abnormal, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan lainnya untuk melihat ada tidaknya sel-sel kanker pada serviks.
 
Dokter mungkin akan melakukan pap smear dan mengambil sampel jaringan (biopsi) jika anda mengalami gejala kanker serviks, seperti pendarahan setelah berhubungan seksual.

Bagaimana perawatan kanker serviks?

Perawatan kanker serviks untuk sebagian besar stadium kanker serviks meliputi :
  • Operasi, seperti hysterectomy dan pengangkatan kelenjar limfe pada rongga panggul dengan/tanpa pengangkatan ovarium dan tuba falopi.
  • Kemoterapi
  • Radioterapi
Berdasarkan seberapa jauh pertumbuhan kanker, anda mungkin akan menjalani kombinasi perawatan. Jika anda menjalani hysterectomy, anda tidak akan bisa memiliki anak. Namun hysterectomy tidak selalu harus dilakukan, terutama jika kanker terdeteksi sedini mungkin.

Dapatkah kanker serviks dicegah?

Pap smear merupakan cara terbaik untuk mendeteksi perubahan sel-sel serviks yang dapat menyebabkan kanker serviks. Pemeriksaan pap smear rutin hampir selalu menunjukkan perubahan sel-sel serviks sebelum berubah menjadi kanker. Sangat penting untuk menindaklanjuti hasil pap smear yang abnormal. Hal ini mungkin dapat membantu mencegah terjadinya kanker serviks.
 
Jika anda berusia 26 tahun atau kurang, anda bisa mendapatkan vaksin HPV, yang dapat melindungi anda terhadap 2 tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks.
 
Virus yang dapat menyebabkan kanker serviks menyebar melalui kontak seksual. Cara terbaik untuk menghindari infeksi virus ini adalah melakukan hubungan seks yang aman yaitu hanya dengan pasangan anda yang sah.
 
Semoga artikel tentang apa itu kanker kanker serviks bermanfaat untuk anda.

Stadium Kanker Pankreas

Stadium Kanker Pankreas - Penetapan stadium kanker pankreas biasanya dilakukan bersamaan pada saat mendiagnosis.
 
image : fastcoexist.com
Ada 3 cara kanker menyebar dalam tubuh, yaitu :
  • Melalui jaringan
    Kanker menginvasi jaringan normal di sekitarnya.
  • Melalui sistem limfe
    Kanker menginvasi sistem limfe dan menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui pembuluh limfe.
  • Melalui darah
    Kanker menginvasi pembuluh darah dan kapiler dan menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Ketika sel-sel kanker melepaskan diri dari tumor primernya dan menyebar melalui limfe atau darah ke bagian tubuh lainnya, terbentuklah tumor sekunder. Proses ini disebut dengan metastasis. Tumor sekunder yang terbentuk memiliki tipe yang sama dengan tumor primernya. Sebagai contoh, jika kanker payudara menyebar ke tulang, sel-sel kanker yang ditemukan di tulang sebenarnya adalah sel-sel kanker payudara. Sehingga, penyakit ini tidak disebut kanker tulang, melainkan metastasis kanker payudara.

Stadium kanker pankreas

Stadium 0 (Carcinoma in Situ)
Pada stadium ini, sel-sel abnormal ditemukan pada lapisan pankreas. Sel-sel abnormal ini mungkin akan menjadi kanker dan menyebar ke jaringan normal di sekitarnya.
 
Stadium I
Pada stadium ini, kanker telah terbentuk dan hanya ditemukan di pankreas. Berdasarkan ukuran tumor, stadium ini dibedakan menjadi :
  • Stadium IA : tumor berukuran 2 cm atau lebih kecil.
  • Stadium IB : tumor berukuran lebih besar dari 2 cm.
Stadium II
Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke jaringan dan organ di sekitarnya, atau mungkin juga ke kelenjar limfe di sekitarnya. Berdasarkan penyebaran kanker, stadium ini dibedakan menjadi :
  • Stadium IIA : kanker telah menyebar ke jaringan dan organ di sekitarnya, namun belum menyebar ke kelenjar limfe di sekitarnya.
  • Stadium IIB : kanker telah menyebar ke kelenjar limfe, dan mungkin juga ke jaringan dan organ di sekitarnya.
Stadium III
Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke pembuluh darah besar dekat pankreas dan mungkin juga ke kelenjar limfe di sekitarnya.
 
Stadium IV
Pada stadium ini, kanker dengan berbagai ukuran telah menyebar ke organ yang jauh dari pankreas, seperti hati, paru-paru, dan rongga peritonium.

Selain artikel stadium kanker pankreas baca juga artikel berikut ini :

Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Pankreas

Penyebab dan faktor resiko kanker pankreas - Seperti beberapa tipe kanker lainnya, penyebab kanker pankreas masih misterius.

Penyebab kanker pankreas masih belum diketahui

Kanker pankreas terjadi ketika sel-sel pankreas mengalami kerusakan DNA yang menyebabkan abnormalitas pada perilaku dan penggandaan diri. Setiap sel berkembang dan menggandakan diri secara cepat, menjadi tumor yang tidak mengikuti batasan-batasan dalam tubuh. Nantinya, sel-sel tumor menjalar ke bagian tubuh lainnya (metastasis) melalui darah atau sistem limfe.
 
image : zmescience.com
Tidak seorangpun mengetahui bagaimana tepatnya proses kerusakan DNA yang menyebabkan terjadinya kanker pankreas. Hasil analisis kanker pankreas yang diangkat melalui operasi menunjukkan mutasi gen pada hampir seluruh kasus, yang bervariasi pada tiap individu.
 
Beberapa mutasi gen terjadi tanpa penyebab, sementara yang lainnya terjadi sebagai respon terhadap apa yang kita lakukan atau apa yang terjadi pada lingkungan. Beberapa mutasi gen mungkin diwariskan. Some mutations may be inherited. Ketika mutasi gen cukup terakumulasi, sel-sel menjadi ganas dan tumor mulai berkembang.

Faktor resiko kanker pankreas

Tidak seorangpun memahami penyebab utama kanker pankreas, namun beberapa faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor-faktor ini lebih sering ditemui pada penderita kanker pankreas dibandingkan dengan mereka yang bukan penderita kanker pankreas.
 
Ada beberapa faktor resiko, namun sebagian besar memiliki hubungan yang lemah dengan kanker pankreas. Beberapa penderita kanker pankreas tidak memiliki faktor resiko yang spesifik.
 
Sekitar 1 dari 76 orang menderita kanker pankreas. Mereka yang memiliki faktor resiko kanker pankreas memiliki resiko yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Adapun faktor resiko kanker pankreas meliputi :
  • Genetik
    5 – 10 % penderita memiliki anggota keluarga dekat yang juga menderita kanker pankreas. Beberapa gen yang berbeda telah dihubungkan dengan peningkatan resiko, meskipun belum ada gen kanker pankreas yang teridentifikasi.
  • Diabetes
    Penderita diabetes belum tentu memiliki kecenderungan untuk menderita kanker pankreas, namun kedua penyakit ini memiliki kaitan.
  • Kebiasaan merokok
    Kebiasaan merokok dikenal dapat meningkatkan resiko kanker pankreas. Semakin banyak seseorang merokok, semakin tinggi pula resikonya. 10 tahun setelah berhenti merokok, resiko kanker pankreas akan kembali seperti mereka yang tidak pernah merokok.
  • Obesitas dan kurangnya aktifitas
    Hasil penelitian menunjukkan, mereka yang obesitas (indeks massa tubuh > 30) memiliki kecenderungan mengidap kanker pankreas. Mereka yang sering berolahraga memiliki setengah dari resiko kanker pankreas pada mereka yang jarang berolahraga.
  • Diet
    Pada hewan percobaan, diet tinggi lemak dan daging (khususnya produk daging olahan) telah dikaitkan dengan kanker pankreas. Sedangkan diet sehat yang kaya akan buah-buahan dan sayur-sayuran menurunkan resiko kanker pankreas. Namun penelitian lainnya menunjukkan tidak ada hubungan yang dapat diidentifikasi antara diet dan kanker pankreas.
  • Lycopene dan selenium
    Penelitian menunjukkan kadar nutrisi tersebut rendah pada penderita kanker pankreas. Namun hal ini tidak membuktikan bahwa kadarnya yang rendah dapat menyebabkan kanker pankreas. Diet yang meliputi daging rendah lemak dan sayur-sayuran yang berwarna merah atau kuning menyediakan kadar lycopene dan selenium yang memadai.
Menghilangkan faktor resiko kanker pankreas tidak akan menurunkan resiko secara keseluruhan. Namun diet sehat, menjaga berat badan yang ideal, dan berolahraga secara teratur akan meningkatkan kesehatan anda secara umum, dan menurunkan resiko terhadap masalah kesehatan lainnya.
 

Perawatan Kanker Pankreas

Ada 3 tipe perawatan kanker pankreas yang berbeda bagi pasien.
 

3 tipe perawatan kanker pankreas

Berikut 3 tipe perawatan kanker pankreas yang berbeda bagi pasien, yang meliputi :
 
Operasi
Salah satu tipe operasi di bawah ini mungkin digunakan untuk mengangkat tumor :
  • Whipple Procedure
    Operasi ini membuang bagian kepala pankreas, kandung empedu, sebagian lambung, sebagian usus halus dan saluran empedu, menyisakan bagian pankreas yang cukup untuk memproduksi enzim-enzim pencernaan dan hormon insulin.
  • Total pancreatectomy
    Operasi ini membuang seluruh bagian pankreas, sebagian lambung, sebagian usus halus, saluran empedu, kandung empedu, limpa, dan kelenjar limfe di sekitarnya.
  • Distal pancreatectomy
    Operasi ini membuang bagian tubuh dan ekor pankreas serta limpa.
Jika kanker telah menyebar dan tidak dapat diangkat melalui operasi, tipe operasi paliatif di bawah ini mungkin dilakukan untuk meringankan gejala :
  • Surgical Biliary Bypass
    Jika kanker memblokir usus halus dan empedu menumpuk di kandung empedu, biliary bypass mungkin dilakukan. Selama operasi ini, dokter akan memotong kandung empedu atau saluran empedu dan menjahitnya pada usus halus untuk menciptakan jalan baru di sekitar area yang terblokir.
  • Endoscopicstent Placement
    Jika tumor memblokir saluran empedu, operasi mungkin dilakukan untuk memasukkan stent (sebuah tabung kecil) untuk mengeringkan empedu yang menumpuk. Dokter mungkin akan menempatkan stent pada kateter untuk mengalirkan empedu keluar dari tubuh atau di sekeliling area yang tersumbat untuk mengalirkan empedu ke usus halus.
  • Gastric Bypass
    Jika tumor memblokir aliran makanan dari lambung, lambung mungkin akan dijahit secara langsung ke usus halus, sehingga pasien dapat terus makan secara normal.
Radioterapi
Radioterapi merupakan perawatan kanker yang menggunakan sinar-X energi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker atau menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 tipe radioterapi. Radioterapi eksternal menggunakan mesin di luar tubuh yang mengirimkan radiasi kepada kanker. Radioterapi internal menggunakan substansi radioaktif dalam bentuk jarum, butiran, kawat, atau kateter yang ditempatkan secara langsung pada atau dekat dengan kanker. Cara pemberian radioterapi tergantung pada tipe dan stadium kanker.
 
Kemoterapi
Kemoterapi merupakan perawatan kanker yang menggunakan obat-obatan untuk menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker, baik dengan membunuhnya maupun menghentikan perkembangbiakannya. Kemoterapi sistemik merupakan kemoterapi yang diberikan melalui mulut atau disuntikkan melalui pembuluh darah, obat akan masuk melalui aliran darah dan mencapai sel-sel kanker di seluruh tubuh. Kemoterapi regional merupakan kemoterapi yang ditempatkan secara langsung pada organ atau rongga tubuh, obat terutama akan mempengaruhi sel-sel kanker pada area tersebut. Cara pemberian radioterapi tergantung pada tipe dan stadium kanker.
 
Perawatan untuk rasa nyeri yang disebabkan oleh kanker pankreas
Rasa nyeri dapat terjadi ketika tumor menekan saraf atau organ tubuh lainnya yang dekat dengan pankreas. Ketika obat-obatan tidak cukup, dilakukan perawatan yang bekerja pada saraf di perut untuk meredakan rasa nyeri. Dokter mungkin akan menyuntikkan obat ke area di sekitar saraf yang tertekan atau memotong saraf untuk memblokir rasa nyeri. Radioterapi dengan atau tanpa disertai kemoterapi juga dapat membantu meredakan nyeri dengan menyusutkan ukuran tumor.
 
Pasien kanker pankreas memiliki kebutuhan nutrisi khusus
Operasi pengangkatan pankreas mungkin akan mengganggu produksi enzim pankreatik yang membantu pencernaan makanan. Hasilnya, pasien mungkin akan memiliki masalah pencernaan makanan dan penyerapan nutrisi. Untuk mencegah malnutrisi, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan untuk menggantikan fungsi enzim pankreatik.
 
Bioterapi / Imunoterapi
Bioterapi merupakan perawatan kanker yang menggunakan sistem imun pasien untuk melawan kanker. Substansi yang dibuat oleh tubuh atau yang dibuat di laboratorium digunakan untuk meningkatkan atau mengembalikan pertahanan alami tubuh untuk melawan kanker.
 
Follow-up tests
Beberapa tes yang telah dilakukan untuk mendiagnosis atau menentukan stadium kanker mungkin akan diulangi lagi, dengan tujuan untuk melihat seberapa baik perawatan bekerja. Keputusan apakah perawatan kanker pankreas akan diteruskan, diganti, atau dihentikan tergantung pada hasil tes yang disebut re-staging ini.
 
Beberapa tes akan dilakukan kembali dari waktu ke waktu setelah perawatan selesai. Hasil tes yang disebut follow-up tests ini dapat menunjukkan jika kanker mengalami rekurensi (kekambuhan).

Pilihan Perawatan Berdasarkan Stadium Kanker Pankreas

Stadium I dan II
Perawatan kanker pankreas stadium I dan II meliputi :
  • Operasi
  • Operasi disertai kemoterapi dan radioterapi
Stadium III
Perawatan kanker pankreas stadium III meliputi :
  • Operasi paliatif atau penempatan stent untuk bypass area saluran empedu dan usus halus yang tersumbat.
  • Kemoterapi dengan gemcitabine
Stadium IV
Perawatan kanker pankreas stadium IV meliputi :
  • Kemoterapi dengan gemcitabine dengan/tanpa dikombinasikan dengan erlotinib
  • Perawatan paliatif untuk rasa nyeri, seperti memblokir saraf dan perawatan suportif lainnya.
  • Operasi paliatif atau penempatan stent untuk bypass area saluran empedu dan usus halus yang tersumbat.

Pilihan Perawatan Rekurensi Kanker Pankreas

Perawatan kanker pankreas yang mengalami rekurensi meliputi :
  • Kemoterapi
  • Operasi paliatif atau penempatan stent untuk bypass area saluran empedu dan usus halus yang tersumbat.
  • Radioterapi paliatif
  • Perawatan kesehatan paliatif lainnya untuk meringankan gejala, seperti memblokir saraf untuk meredakan rasa nyeri.
  • Uji klinis kemoterapi dan terapi antikanker terbaru, serta bioterapi/imunoterapi.
Selain artikel perawatan kanker pankreas baca juga artikel berikut ini :
 

Perawatan Kanker Pankreas Berdasarkan Stadium

Perawatan kanker pankreas terbaik didasarkan pada seberapa jauh penyebaran atau stadiumnya. Stadium kanker pankreas mudah dipahami. Yang sulit adalah upaya untuk menegakkan stadium kanker pankreas tanpa bantuan operasi besar. Pada praktiknya, dokter memilih perawatan kanker pankreas berdasarkan studi pencitraan, temuan operasi, dan keadaan umum tiap penderita.
 
image : medindia.net

Stadium kanker pankreas

Stadium adalah istilah yang digunakan dalam perawatan kanker untuk mendeskripsikan tingkat penyebaran kanker.
  • Stadium 0 (no spread)
    Kanker terbatas pada 1 lapis sel pankreas, dan tidak terlihat pada tes pencitraan maupun mata telanjang.
  • Stadium I (local growth)
    Kanker terbatas pada pankreas namun telah tumbuh sebesar kurang lebih 2 cm.
  • Stadium II (local spread)
    Kanker telah berkembang di luar pankreas atau telah menyebar ke kelenjar limfe di sekitarnya.
  • Stadium III (wider spread)
    Kanker telah meluas ke pembuluh darah besar atau saraf di sekitarnya namun belum bermetastasis.
  • Stadium IV (confirmed spread)
    Kanker telah menyebar ke organ yang jauh dari pankreas.
Menentukan stadium kanker pankreas seringkali menyulitkan. Tes pencitraan seperti CT scan dan USG memberikan beberapa informasi, namun untuk mengetahui secara pasti seberapa jauh penyebaran kanker pankreas biasanya membutuhkan operasi.
 
Karena operasi memiliki resiko, pertama-tama dokter akan memastikan apakah kanker dapat di operasi (resectable) atau tidak (unresectable). Kemudian kanker pankreas dideskripsikan sebagai berikut :
  • Resectable
    Pada tes pencitraan, kanker tampak belum menyebar dan ahli bedah merasa kanker mungkin dapat diangkat seluruhnya. Sekitar 10% kasus kanker pankreas dianggap resectable ketika pertama kali didiagnosis.
  • Unresectable (locally advanced)
    Pada tes pencitraan, kanker tampak telah meluas ke pembuluh darah besar, sehingga tidak aman untuk diangkat melalui operasi.
  • Metastasis
    Kanker secara jelas telah menyebar ke organ lain, sehingga operasi tidak dapat mengangkat seluruh kanker.
Jika kanker pankreas resectable, operasi yang disertai kemoterapi dan/atau radioterapi mungki dapat memperpanjang harapan hidup.

Penanganan kanker pankreas resectable

Penderita kanker pankreas yang dianggap resectable mungkin akan menjalani salah satu operasi berikut ini :
 
Whipple Procedure (pancreaticoduodenectomy)
Ahli bedah mengangkat bagian kepala pankreas, sebagian lambung dan usus halus, beberapa kelenjar limfe, kandung empedu, dan saluran empedu. Organ yang tersisa disambungkan kembali membentuk jalan baru untuk memungkingkan fungsi pencernaan. Whipple Procedure merupakan operasi yang sulit dan rumit.
 
Terkadang, ketika ahli bedah melihat ke dalam rongga perut, kanker pankreas yang awalnya dianggap resectable ternyata telah menyebar dan menjadi unresectable, sehingga Whipple Procedure tidak dapat dilakukan pada kasus ini.
 
Distal Pancreatectomy
Bagian tubuh dan/atau ekor pankreas dibuang melalui operasi. Operasi ini tidak lazim bagi kanker pankreas karena sebagian besar tumor yang tumbuh di bagian tubuh atau ekor pankreas adalah unresectable.
 
Total Pancreatectomy
Seluruh bagian pankreas yang tersisa dibunag melalui operasi. Walaupun dianggap bermanfaat, operasi ini tidak lazim dilakukan saat ini.
Kemoterapi dan/atau radioterapi dapat dikombinasikan dengan operasi untuk kanker pankreas resectable dan unresectable dengan tujuan untuk :
  • Menyusutkan ukuran tumor, sehingga meningkatkan kemungkinan untuk dilakukannya operasi (terapi neoadjuvant)
  • Mencegah atau menunda kanker pankreas dari kekambuhan setelah dilakukannya operasi (terapi adjuvant)
Kemoterapi meliputi pemberian obat-obatan kanker yang menyebar ke seluruh tubuh. Kemoterapi membunuh sel-sel kanker pankreas baik pada tumor utama maupun yang telah menyebar luas. Ada 3 obat kemoterapi yang dapat digunakan untuk pengobatan kanker pankreas :
  • 5 – fluorouracil (5 – FU) atau capecitabine
  • Gemcitabine
5 – FU dan gemcitabine diberikan melalui pembuluh darah selama kunjungan rutin ke onkologis (dokter spesialis kanker). Obat yang diminum yaitu capecitabine mungkin digunakan sebagai pengganti 5 – FU.
 
Pada radioterapi, sebuah mesin memancarkan sinar-X energi tinggi kepada pankreas untuk membunuh sel-sel kanker. Radioterapi dilakukan dalam rangkaian perawatan harian yang biasanya berakhir dalam beberapa minggu.
 
Radioterapi maupun kemoterapi merusak sel-sel kanker beserta sel-sel normal. Efek sampingnya dapat meliputi mual dan muntah, hilangnya nafsu makan dan berat badan, kelemahan serta toksisitas sel-sel darah. Gejala biasanya berhenti dalam beberapa minggu setalah radioterapi selesai.

Penanganan kanker pankreas unresectable (locally advanced)

Pada kanker pankreas lanjut yang terlokalisir, operasi tidak dapat mengangkat seluruh tumor. Karena operasi untuk mengangkat hanya sebagian pankreas saja terbukti tidak cukup membantu, maka terapi non bedah merupakan pilihan perawatan terbaik.
 
Perawatan kanker pankreas meliputi kemoterapi dengan/tanpa disertai radioterapi. 5 – FU atau gemcitabine dapat memperpanjang harapan hidup penderita kanker pankreas unresectable.

Penanganan metastasis kanker pankreas

Pada kanker pankreas yang telah bermetastasis, operasi hanya digunakan untuk mengendalikan gejala seperti rasa nyeri, jaundice (penyakit kuning) atau penyumbatan pada lambung. Radioterapi juga dapat digunakan untuk meringankan gejala.
 
Gemcitabine merupakan obat tunggal yang paling kuat dalam pengobatan kanker pankreas. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan efek dari gemcitabine. Penelitian terakhir, mendemonstrasikan bahwa 4 regimen obat yang dikenal sebagai Folfirinox (5 – FU / leucovorin / oxaliplatin / irinotecan) lebih unggul dari gemcitabine. Namun, karena toksisitasnya, terapi ini harus diberikan pada seseorang dengan tingkat aktifitas yang baik. Kombinasi lainnya meliputi gemcitabine dan erlotinib, gemcitabine dan capecitabine, gemcitabine dan cisplatin, serta gemcitabine dan nab-paclitaxel. .

Perawatan paliatif pada penderita kanker pankreas

Seiring perkembangan kanker pankreas, prioritas pertama perawatan kanker pankreas akan beralih dari memperpanjang harapan hidup menjadi meringankan gejala, khususnya rasa nyeri. Beberapa perawatan dapan membantu melindungi terhadap ketidaknyamanan akibat kanker pankreas stadium lanjut :
  • Prosedur seperti penempatan stent pada saluran empedu dapat meringankan jaundice (penyakit kuning), sehingga mengurangi gatal-gatal dan hilangnya nafsu makan yang dikaitkan dengan penyumbatan saluran empedu.
  • Pemberian obat analgesik opioid dapat membantu meredakan rasa nyeri
  • Pemberian obat anti depresan dan konseling dapat membantu mengatasi depresi yang umum terjadi pada penderita kanker pankreas stadium lanjut.