Komplikasi persalinan bisa jadi menakutkan bagi anda, namun dokter sudah terlatih untuk menangani keadaan emergensi. Beberapa komplikasi persalinan yang umum terjadi meliputi persalinan prematur, persalinan yang lambat, posisi bayi yang abnormal, masalah tali pusat, preeclampsia, dan lain-lain. Pada keadaan yang emergensi, terkadang dokter melakukan operasi cesar untuk mencegah kerusakan/hal yang membahayakan terjadi pada bayi.
Komplikasi apa saja yang umum terjadi pada persalinan?
Kehamilan yang tampak baik-baik saja tanpa
komplikasi masih memungkinkan untuk terjadinya komplikasi pada saat
persalinan. Berikut ini adalah beberapa komplikasi persalinan yangumum terjadi :
Persalinan prematur
Satu masalah paling membahayakan yang dihadapi bayi
adalah dilahirkan terlalu dini, sebelum sistem tubuhnya cukup matang
untuk menjaminnya dapat bertahan hidup.
Masa kehamilan yang lengkap berakhir dalam 38-40
minggu. Persalinan yang terjadi sebelum 37 minggu disebut persalinan
prematur. Bayi yang dilahirkan prematur memiliki resiko seperti
paru-paru yang belum matang, kesulitan pernapasan, dan masalah
pencernaan.
Persalinan yang lambat (partus tidak maju)
Sebagian wanita, khususnya yang baru pertama kali
melahirkan mungkin akan mengalami persalinan yang lambat. Ibu dan
bayi memiliki beberapa resiko komplikasi, misalnya infeksi, jika
ketuban sudah pecah terlebih dahulu, tanpa diikuti persalinan.
Partus yang tidak maju adalah persalinan yang tidak
berlangsung secepat yang seharusnya. Hal ini dapat terjadi pada bayi
yang berukuran besar, posisi bayi yang abnormal, atau rahim yang
tidak berkontraksi sebagaimana mestinya. Namun pada kebanyakan kasus,
tidak ditemukan penyebab yang spesifik. Jika proses persalinan
berlangsung sangat lama, dokter mungkin akan memberikan cairan
intravena untuk membantu mencegah dehidrasi. Jika rahim tidak cukup
berkontraksi, dokter akan memberikan oxytocin, obat yang dapat
mendorong kontraksi yang lebih kuat. Dan jika leher rahim berhenti
melebar padahal kontraksi rahim sudah menguat, operasi cesar mungkin
harus dilakukan.
Posisi bayi abnormal
Posisi bayi mengacu pada bagian tubuh yang akan
muncul pertama kali dari jalan lahir. Beberapa minggu sebelum
persalinan, janin biasanya turun ke posisi yang lebih rendah dalam
rahim. Bayi berada dalam posisi kepala di bawah, menghadap punggung
ibunya, dengan dagu yang menempel ke dada, dan bagian belakang kepala
siap masuk ke rongga panggul ibunya, yang disebut posisi vertex,
posisi yang ideal untuk persalinan. Posisi ini menyebabkan bagian
terkecil dari kepala bayi menjadi penuntun jalan menuju leher rahim
dan jalan lahir. Kepala merupakan bagian tubuh terbesar dan keras
pada bayi, oleh karena itu paling baik jika kepala menjadi penuntun
menuju jalan lahir.
Beberapa janin berada dalam posisi pantat atau kaki
menjorok ke jalan lahir, yang disebut posisi breech. Posisi
ini normal ditemui jauh sebelum waktu persalinan, namun sebagian
besar bayi akan berputar ke posisi normal mendekati waktu persalinan.
Sebagian kecil bayi terletak dalam posisi horisontal
dalam rahim, yang disebut posisi transverse lie, dan
ini berarti bahu bayi yang akan menjadi penuntun menuju jalan lahir.
Kepala bayi kadang terlalu besar untuk ukuran rongga
panggul ibunya, entah karena ukuran relatifnya atau karena posisinya
yang salah. Beberapa bayi tidak menghadap punggung ibunya, melainkan
menghadap perut ibunya. Hal ini meningkatkan kemungkinan persalinan
yang lambat, menyakitkan dan robeknya jalan lahir. Selain itu juga,
kadang ditemukan bukan bagian belakang kepala bayi yang menghadap ke
rongga panggul ibunya, melainkan dahi, puncak kepala atau wajah yang
mengarah ke jalan lahir. Placenta previa (placenta yang
menghalangi leher rahim) dapat menyebabkan posisi abnormal ini. Namun
terkadang penyebabnya posisi abnormal tidak diketahui.
Posisi abnormal meningkatkan resiko cedera pada
jalan lahir dan persalinan abnormal. Bayi dengan posisi breech berada
dalam resiko cedera dan putusnya tali pusat, yang berarti terputusnya
suplai darah. Posisi transverse lie adalah posisi abnormal
yang paling serius menyebabkan cedera tidak hanya pada jalan lahir
namun juga bagi janin itu sendiri.
Menjelang trimester ketiga, dokter akan memeriksa
posisi bayi dengan meraba perut anda. Jika janin masih bertahan pada
posisi breech beberapa minggu sebelum persalinan, dokter akan
berusaha memutar bayi ke posisi yang tepat. Jika bayi berada pada
posisi breech 6-8 minggu sebelum persalinan, masih ada kemungkinan
bayi berubah posisi. Namun semakin besar ukuran tubuh bayi dan
semakin mendekati waktu persalinan, semakin kecil ruangan bagi bayi
untuk bermanuver dalam rahim.
Dokter memperkirakan sekitar 90% bayi yang ditemukan
dalam posisi breech sebelum 28 minggu akan berputar ke posisi normal
pada minggu ke-37. Namun 90% bayi yang ditemukan dalam posisi breech
setelah 37 minggu akan tetap bertahan pada posisinya tersebut.
Ketuban pecah dini
Normalnya, selaput yang melindungi bayi dalam rahim
pecah dan melepaskan cairan ketuban sesaat sebelum atau selama proses
persalinan. Jika selaput ini pecah terlalu awal pada masa kehamilan,
akan menyebabkan bayi terpapar resiko tinggi infeksi.
Putusnya tali pusat
Tali pusat merupakan sumber kehidupan bayi anda.
Anda menyampaikan oksigen dan nutrisi dari tubuh anda kepada bayi
anda melalui tali pusat dan plasenta.
Putusnya tali pusat sering terjadi pada janin yang
kecil, prematur, atau bayi berada pada posisi breech. Putusnya tali
pusat juga dapat terjadi jika ketuban sudah pecah sebelum bayi
bergerak ke rongga panggul ibunya.
Terkadang, sebelum atau selama proses persalinan,
tali pusat akan masuk ke leher rahim, mendahului bayi anda menuju
jalan lahir. Tali pusat bahkan dapat keluar melalui vagina, dan
merupakan situasi yang membahayakan, karena aliran darah melalui tali
pusat dapat terhalangi atau terhenti. Anda mungkin bisa merasakan
tali pusat pada jalan lahir bila ia terputus atau melihatnya keluar
melalui vagina. Segera pergi ke Rumah Sakit bila hal ini terjadi,
sebab ini merupakan keadaan emergensi. Ketika anda tiba di rumah
sakit, operasi cesar mungkin akan segera dilakukan.
Kompresi tali pusat
Karena janin bergerak dan menendang-nendang di dalam
rahim, tali pusat dapat melilit ataupun membuka lilitannya mengikuti
pergerakan bayi. Pada keadaan yang sangat jarang terjadinya namun
tidak dapat dicegah, tali pusat dapat melilit tubuh dan membahayakan
si bayi.
Terkadang tali pusat dapat mengendur dan mengencang
selama proses persalinan, menyebabkan penurunan aliran darah pada
janin. Hal ini dapat menyebabkan penurunan denyut jantung janin. Pada
sebagian besar kasus, penurunan denyut jantung ini bukanlah suatu
masalah besar dan proses persalinan dapat berjalan normal. Namun
operasi cesar mungkin diperlukan jika denyut jantung memburuk atau
janin menunjukkan gejala bahaya lainnya, seperti penurunan pH darah
atau bayi membuang kotorannya (meconium).
Kompresi tali pusat dapat terjadi jika tali pusat
melilit di sekitar leher bayi atau jika posisinya berada di antara
kepala bayi dan tulang panggul ibu. Dokter mungkin akan bertindak
cepat dalam proses persalinan dengan bantuan forcep atau vacuum, atau
pada beberapa kasus dengan melahirkan bayi melalui operasi cesar.
Emboli cairan ketuban
Ini merupakan komplikasi persalinan yang paling
serius, namun sangat jarang terjadi, yaitu ketika sejumlah kecil
cairan ketuban yang melindungi janin dalam rahim masuk ke aliran
darah ibu, khusunya pada kasus persalinan yang sulit. Cairan ini
beredar ke paru-paru dan dapat menyebabkan pembuluh nadi paru-paru
menyempit. Penyempitan ini dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung, irama jantung yang tidak beraturan, syok, bahkan henti
jantung dan kematian. Pembekuan darah yang meluas juga merupakan
komplikasi yang umum terjadi dan membutuhkan perawatan emergensi.
Preeclampsia
Preeclampsia adalah komplikasi yang berkaitan dengan
tekanan darah tinggi yang terjadi pada masa akhir kehamilan atau
sesaat setelah melahirkan. Preeclampsia dapat menyebabkan penglepasan
prematur plasenta dari dinding rahim.
Perdarahan rahim (setelah melahirkan)
Setelah bayi lahir, perdarahan hebat dari rahim
dapat menjadi suatu masalah besar. Perdarahan hebat dapat terjadi
ketika kontraksi rahim setelah melahirkan tidak sempurna dan pembuluh
darah yang terbuka ketika plasenta lepas dari dinding rahim terus
mengeluarkan darah.
Kehamilan postmatur
Kehamilan yang bertahan selama 41-42 minggu disebut
, umumnya tidak ada masalah yang terjadi. Namun masalah dapat timbul
jika, plasenta tidak lagi dapat menyediakan cukup nutrisi untuk
mempertahankan lingkungan yang sehat bagi janin.
0 comments :
Post a Comment