Saturday, April 13, 2013

Kanker Kolorektum

Artikel berikut menjelaskan apa itu kanker kolorektum, penyebabnya, faktor resiko dan cara pencegahan.
image : healthypro.org

Apa itu kanker kolorektum?

Usus besar tersusun dari kolon yang membentang sepanjang 4 – 6 kaki dan rektum yang hanya sepanjang 4 – 6 inci.

Dinding dalam pembuluh kolorektum ini dapat menjadi tempat yang subur untuk berkembangnya tumor kecil yang disebut polip. Di Amerika Serikat, sekitar ¼ dari seluruh orang dewasa yang berusia di atas 50 tahun memiliki sedikitnya 1 polip kolorektum.

Sebagian besar polip tidak berbahaya, namun terdapat sedikitnya 1 tipe polip bernama adenomatous polyps yang dikenal sebagai pra kanker (calon kanker).

Ukuran polip berhubungan dengan perkembangan kanker. Polip dengan ukuran kurang dari 1 cm memiliki kemungkinan hanya sekitar 1% untuk berubah menjadi kanker. Sedangkan polip dengan ukuran lebih dari 2 cm memiliki kemungkinan sebesar 40% untuk berubah menjadi kanker. Sebagian kasus kanker kolorektum berkembang dari polip pada jaringan kelenjar di dinding usus.

Jika didiagnosis dan ditangani sejak dini ketika tumor masih terlokalisir, kanker kolorektum memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi, dengan survival rate (angka kelangsungan hidup) 5 tahun sekitar 90%. Jika tumor terus berkembang, kanker dapat menyebar secara langsung melalui dinding usus ke limfe (kelenjar getah bening), jaringan, dan organ di sekitarnya, serta ke dalam aliran darah.

Sekali kanker menyebar ke limfe atau organ lain, perawatan yang dilakukan akan lebih sulit untuk mencapai keberhasilan. Tergantung pada seberapa jauh perkembangan kanker, survival rate 5 tahun bervariasi dari 9 – 93 %.

Walaupun diagnosis mungkin ditemukan pada stadium dini, beberapa pasien sering terlambat mencari pertolongan medis karena ketakutan mereka sendiri. Resiko meningkat secara signifikan pada mereka yang berusia di atas 50 tahun dan terus meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Apa penyebab kanker kolorektum?

Penyebab kanker kolorektum tidak diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor resiko yang meliputi :

  • Penyakit lain
    Kanker kolorektum berhubungan erat dengan penyakit-penyakit tertentu. Mereka yang dianggap memiliki resiko tinggi meliputi mereka yang memiliki riwayat pribadi atau keluarga menderita polip atau kanker kolon, penyakit radang usus seperti ulcerative colitis atau Crohn's disease, dan kanker pankreas, payudara, ovarium, atau rahim
  • Keturunan
    Seperti penyakit kanker lainnya, kecenderungan terhadap kanker kolorektum sebagian ditentukan oleh susunan genetik. Sebagian kecil penderita mewarisi kondisi medis tertentu, seperti Familial Adenomatous Polyposis (FAP), MYH-Associated Polyposis (MAP), Gardner's syndrome (gabungan antara polyposis, osteoma, fibroma, dan kista sebasea), Turcot's syndrome (gabungan antara polyposis dan tumor otak seperti medulloblastoma dan malignant glioma), Peutz-Jagher's syndrome (merupakan penyakit genetik autosomal dominan dengan karakteristik : polyposis pada saluran pencernaan dan hiperpigmentasi makula pada bibir dan mukosa mulut, juvenile polyposis, and Cowden's disease (merupakan penyakit genetik autosomal dominan dengan karakteristik hamartoma multipel). Pada seluruh kondisi yang disebutkan di atas, polip kolon terjadi pada usia yang lebih muda, dan jika tidak ditangani, hampir pasti berkembang menjadi kanker kolorektum.
  • Lynch Syndrome (Hereditary Non-Polyposis Colon Cancer (HNPCC))
    Penyakit ini berkembang dari generasi ke generasi dan menyebabkan seseorang terserang kanker kolon pada usia muda dengan lebih dari 100 polip kolon. Penyakit ini dihubungkan dengan penyakit kanker lainnya yang meliputi kanker endometrium, usus kecil, saluran kencing bagian atas, kandung kemih, ovarium, saluran empedu, kulit, dan pankreas.
  • Diet
    Diet juga berperan dalam memberikan resiko kanker kolorektum, walaupun hubungan sebab-akibatnya masih belum jelas. Mereka yang diet tinggi buah-buahan dan sayur-sayuran tampakn mengalami penurunan resiko kanker kolorektum. Beberapa penelitian menunjukkan keterlibatan lemak dan protein hewani sebagai pemicu terjadinya kanker kolorektum, walaupun peneliti berhati-hati dalam mengambil kesimpulan yang tepat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi daging merah yang kaya akan protein dan lemak jenuh meningkatkan resiko kanker kolorektum, sementara yang lainnya tidak menemukan kaitannya. Beberapa ilmuwan mencatat bahwa lemak merupakan tersangka utama, sedangkan yang lainnya mencurigai protein. Ada juga yang berpendapat bukan lemak dan protein itu sendiri, melainkan bagaimana cara memasaknya. Mereka mencatat lemak dan protein yang dimasak dengan temperatur tinggi, khususnya jika dipanggang atau dibakar, dapat menghasilkan sejumlah besar substansi yang potensial menyebabkan kanker kolorektum.
  • Zat kima
    Paparan berat zat kimia tertentu termasuk klorin yang dalam jumlah kecil biasa digunakan untuk menjernihkan air minum, mungkin meningkatkan resiko kanker kolorektum. Terpapar asbestos juga dianggap berpotensi bahaya karena dianggap sebagai penyebab pembentukan polip kolon.
  • Riwayat operasi
    Pada beberapa penelitian, operasi-operasi seperti ureterosigmoidostomy, yang dilakukan pada perawatan kanker kandung kemih dan cholecsytecomy (pengangkatan kandung empedu) dikaitkan dengan resiko terjadinya kanker kolon.
  • Riwayat kanker kolon
    Kasus kanker kolon sebelumnya dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker kolon untuk kedua kalinya, terutama jika kanker kolon pertama didiagnosis sebelum usia 60 tahun.
  • Gaya hidup
    Rokok dan alkohol meningkatkan resiko terjadinya kanker kolon.
  • Riwayat keluarga
    Mereka yang berada dalam 1 garis keturunan dengan penderita kanker kolorektum memiliki peningkatan resiko kanker kolorektum. Resiko meningkat jika dalam 1 garis keturunan terdapat lebih dari 1 orang penderita kanker kolorektum.
  • Radiasi
    Terpapar radiasi (pada pemeriksaan atau perawatan kanker) sebelumnya meningkatkan resiko kanker hanya pada jaringan yang terpapar radiasi.

Siapa saja yang memiliki resiko kanker kolorektum?

Walaupun penyebab pasti kanker kolorektum tidak diketahui, namun ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko seseorang terserang kanker kolorektum, yang meliputi :

  • Usia
    Resiko kanker kolorektum meningkat seiring dengan pertambahan usia. Penyakit ini paling umum terjadi pada mereka yang berusia di atas 50 tahun. Namun, penyakit ini juga dapat menyerang mereka yang lebih muda.
  • Jenis kelamin
    Secara keseluruhan resiko kanker kolorektum pada pria dan wanita adalah seimbang. Namun, wanita memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap kanker kolon, sementara pria memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap kanker rektum.
  • Polip
    Polip adalah pertumbuhan yang tidak bersifat kanker pada dinding dalam kolon atau rektum, namun ada 1 tipe polip bernama adenoma yang meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektum. Adenomas merupakan polip yang dianggap sebagai perintis atau langkah awal menuju kanker kolon dan rektum.
  • Riwayat pribadi
    Penelitian menunjukkan wanita yang memiliki riwayat kanker ovarium, rahim, atau payudara memiliki resiko yang sedikit lebih tinggi untuk terserang kanker kolorektum. Seseorang yang sudah pernah terserang kanker kolorektum mungkin akan terserang kembali untuk kedua kalinya, khususnya jika kanker pertama didiagnosisi sebelum usia 60 tahun. Sebagai tambahan, seseorang yang memiliki kondisi peradangan kronis pada kolon, seperti ulcerative colitis atau Crohn's disease berada dalam resiko yang lebih tinggi untuk terserang kanker kolorektum.
  • Riwayat keluarga
    Orang tua, saudara kandung, dan anak-anak dari seorang penderita kanker kolorektum memiliki kecenderungan untuk terserang kanker kolorektum. Jika terdapat 2 orang atau lebih anggota keluarga menderita kanker kolorektum, resiko meningkat sampai 20%. Riwayat keluarga menderita Familial Adenomatous Polyposis (FAP), MYH Associated Polyposis (MAP), atau Hereditary Non-Polyposis Colon Cancer (HNPCC) meningkatkan resiko terjadinya kanker kolon. HNPCC juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit kanker lainnya.
  • Diet
    Diet rendah serat serta tinggi lemak dan kolesterol dikaitkan dengan peningkatan resiko terjadinya kanker kolorektum.
  • Gaya hidup
    Rokok, alkohol, malas berolahraga, dan kelebihan berat badan mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektum.
  • Diabetes
    Penderita diabetes memiliki 30 – 40 % peningkatan resiko kanker kolorektum.
  • Daerah geografis
    Insiden kanker kolorektum tertinggi di negara-negara industri maju, sedangkan yang terendah di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Memiliki 1 atau lebih faktor resiko di atas tidak menjamin bahwa anda akan terserang kanker kolorektum. Namun, sebaiknya anda diskusikan dengan dokter mengenai faktor resiko yang anda miliki. Dokter mungkin dapat menyarankan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan anda terserang kanker kolorektum.

Bagaimana cara mencegah kanker kolorektum?

Pada beberapa orang, sangat jelas alasan mengapa mereka terserang kanker kolorektum, yaitu karena mereka mewarisi penyakit tersebut. Namun pada sebagian besar penderita, penyebabnya tidak dapat teridentifikasi. Tanpa mengetahui penyebabnya, pencegahan penyakit akan menjadi perkara yang rumit. Penelitian menunjukkan bahwa aspirin mungkin membantu mencegah Hereditary Non-Polyposis Colorectal Cancer (HNPCC). Obat-obatan lain seperti cecloxib dan sulindac yang merupakan obat-obatan untuk arthritis (radang sendi), mungkin membantu mengurangi rekurensi (kekambuhan) adenomatus polyps. Selain itu diet sehat, tidak merokok, dan olahraga teratur dipercaya dapat membantu mencegah kanker kolorektum.

Diet sehat dan berolahraga secara teratur

Para ahli merekomendasikan bahwa sebagai langkah awal menuju pencegahan kanker kolorektum, kita harus memperhatikan diet sehat (rendah lemak dan tinggi serat) dan berolahraga secara teratur. Untuk menurunkan kadar lemak dalam diet sehari-hari, anda dapat mengubah pola makan dan cara memasaknya. Sumber utama lemak terdapat pada daging, telur, produk olahan susu, dan minyak yang biasa digunakan dalam memasak. Untuk meningkatkan kadar serat dalam diet sehari-hari makan lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan, roti gandum dan sereal.

Aspirin

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa aspirin mungkin menghentikan penggandaan diri sel-sel kanker. Sebagai tambahan, obat-obatan NSAID lainnya seperti sulindac dan cecloxib mungkin memperkecil ukuran polip kolon, sehingga resiko kanker kolon juga ikut berkurang. Namun, seberapa besar dosis yang dibutuhkan untuk memberi efek penurunan resiko kanker kolon ini masih belum diketahui. Sebagai tambahan, tidak semua orang dapat bertoleransi terhadap efek aspirin atau obat-obatan NSAID lainnya yang berhubungan dengan masalah pencernaan, peningkatan resiko pendarahan, interaksi obat, atau permasalahan medis lainnya. Jika anda khawatir mengenai resiko terjadinya kanker kolon, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengkonsumsi aspirin.

Pemeriksaan rutin

Sebagian besar masalah kesehatan memberikan respon terbaik terhadap perawatan jika didiagnosis sedini mungkin. Untuk menangkap abnormalitas sedini mungkin, anda mungkin membutuhkan pemeriksaan rutin yang meliputi pemeriksaan rektum, pemeriksaan darah dalam feses/tinja, dan pemeriksaan lainnya seperti barium enema, flexible sigmoidoscopy, atau colonoscopy. Pemeriksaan yang direkomendasikan dokter tergantung pada resiko kanker kolorektum individual.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

0 comments :

Post a Comment