Artikel berikut menjelaskan apa itu kanker kolorektum, penyebabnya, faktor resiko dan cara pencegahan.
image : healthypro.org |
Apa itu kanker kolorektum?
Usus besar tersusun dari kolon yang membentang
sepanjang 4 – 6 kaki dan rektum yang hanya sepanjang 4 – 6 inci.
Dinding dalam pembuluh kolorektum ini dapat menjadi
tempat yang subur untuk berkembangnya tumor kecil yang disebut polip.
Di Amerika Serikat, sekitar ¼ dari seluruh orang dewasa yang berusia
di atas 50 tahun memiliki sedikitnya 1 polip kolorektum.
Sebagian besar polip tidak berbahaya, namun terdapat
sedikitnya 1 tipe polip bernama adenomatous polyps yang dikenal
sebagai pra kanker (calon kanker).
Ukuran polip berhubungan dengan perkembangan kanker.
Polip dengan ukuran kurang dari 1 cm memiliki kemungkinan hanya
sekitar 1% untuk berubah menjadi kanker. Sedangkan polip dengan
ukuran lebih dari 2 cm memiliki kemungkinan sebesar 40% untuk berubah
menjadi kanker. Sebagian kasus kanker kolorektum berkembang dari
polip pada jaringan kelenjar di dinding usus.
Jika didiagnosis dan ditangani sejak dini ketika
tumor masih terlokalisir, kanker kolorektum memiliki tingkat
kesembuhan yang tinggi, dengan survival rate (angka kelangsungan
hidup) 5 tahun sekitar 90%. Jika tumor terus berkembang, kanker dapat
menyebar secara langsung melalui dinding usus ke limfe (kelenjar
getah bening), jaringan, dan organ di sekitarnya, serta ke dalam
aliran darah.
Sekali kanker menyebar ke limfe atau organ lain,
perawatan yang dilakukan akan lebih sulit untuk mencapai
keberhasilan. Tergantung pada seberapa jauh perkembangan kanker,
survival rate 5 tahun bervariasi dari 9 – 93 %.
Walaupun diagnosis mungkin ditemukan pada stadium
dini, beberapa pasien sering terlambat mencari pertolongan medis
karena ketakutan mereka sendiri. Resiko meningkat secara signifikan
pada mereka yang berusia di atas 50 tahun dan terus meningkat seiring
dengan pertambahan usia.
Apa penyebab kanker kolorektum?
Penyebab kanker kolorektum tidak diketahui secara
pasti, namun terdapat beberapa faktor resiko yang meliputi :
- Penyakit lainKanker kolorektum berhubungan erat dengan penyakit-penyakit tertentu. Mereka yang dianggap memiliki resiko tinggi meliputi mereka yang memiliki riwayat pribadi atau keluarga menderita polip atau kanker kolon, penyakit radang usus seperti ulcerative colitis atau Crohn's disease, dan kanker pankreas, payudara, ovarium, atau rahim
- KeturunanSeperti penyakit kanker lainnya, kecenderungan terhadap kanker kolorektum sebagian ditentukan oleh susunan genetik. Sebagian kecil penderita mewarisi kondisi medis tertentu, seperti Familial Adenomatous Polyposis (FAP), MYH-Associated Polyposis (MAP), Gardner's syndrome (gabungan antara polyposis, osteoma, fibroma, dan kista sebasea), Turcot's syndrome (gabungan antara polyposis dan tumor otak seperti medulloblastoma dan malignant glioma), Peutz-Jagher's syndrome (merupakan penyakit genetik autosomal dominan dengan karakteristik : polyposis pada saluran pencernaan dan hiperpigmentasi makula pada bibir dan mukosa mulut, juvenile polyposis, and Cowden's disease (merupakan penyakit genetik autosomal dominan dengan karakteristik hamartoma multipel). Pada seluruh kondisi yang disebutkan di atas, polip kolon terjadi pada usia yang lebih muda, dan jika tidak ditangani, hampir pasti berkembang menjadi kanker kolorektum.
- Lynch Syndrome (Hereditary Non-Polyposis Colon Cancer (HNPCC))Penyakit ini berkembang dari generasi ke generasi dan menyebabkan seseorang terserang kanker kolon pada usia muda dengan lebih dari 100 polip kolon. Penyakit ini dihubungkan dengan penyakit kanker lainnya yang meliputi kanker endometrium, usus kecil, saluran kencing bagian atas, kandung kemih, ovarium, saluran empedu, kulit, dan pankreas.
- DietDiet juga berperan dalam memberikan resiko kanker kolorektum, walaupun hubungan sebab-akibatnya masih belum jelas. Mereka yang diet tinggi buah-buahan dan sayur-sayuran tampakn mengalami penurunan resiko kanker kolorektum. Beberapa penelitian menunjukkan keterlibatan lemak dan protein hewani sebagai pemicu terjadinya kanker kolorektum, walaupun peneliti berhati-hati dalam mengambil kesimpulan yang tepat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi daging merah yang kaya akan protein dan lemak jenuh meningkatkan resiko kanker kolorektum, sementara yang lainnya tidak menemukan kaitannya. Beberapa ilmuwan mencatat bahwa lemak merupakan tersangka utama, sedangkan yang lainnya mencurigai protein. Ada juga yang berpendapat bukan lemak dan protein itu sendiri, melainkan bagaimana cara memasaknya. Mereka mencatat lemak dan protein yang dimasak dengan temperatur tinggi, khususnya jika dipanggang atau dibakar, dapat menghasilkan sejumlah besar substansi yang potensial menyebabkan kanker kolorektum.
- Zat kimaPaparan berat zat kimia tertentu termasuk klorin yang dalam jumlah kecil biasa digunakan untuk menjernihkan air minum, mungkin meningkatkan resiko kanker kolorektum. Terpapar asbestos juga dianggap berpotensi bahaya karena dianggap sebagai penyebab pembentukan polip kolon.
- Riwayat operasiPada beberapa penelitian, operasi-operasi seperti ureterosigmoidostomy, yang dilakukan pada perawatan kanker kandung kemih dan cholecsytecomy (pengangkatan kandung empedu) dikaitkan dengan resiko terjadinya kanker kolon.
- Riwayat kanker kolonKasus kanker kolon sebelumnya dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker kolon untuk kedua kalinya, terutama jika kanker kolon pertama didiagnosis sebelum usia 60 tahun.
- Gaya hidupRokok dan alkohol meningkatkan resiko terjadinya kanker kolon.
- Riwayat keluargaMereka yang berada dalam 1 garis keturunan dengan penderita kanker kolorektum memiliki peningkatan resiko kanker kolorektum. Resiko meningkat jika dalam 1 garis keturunan terdapat lebih dari 1 orang penderita kanker kolorektum.
- RadiasiTerpapar radiasi (pada pemeriksaan atau perawatan kanker) sebelumnya meningkatkan resiko kanker hanya pada jaringan yang terpapar radiasi.
Siapa saja yang memiliki resiko kanker kolorektum?
Walaupun penyebab pasti kanker kolorektum tidak
diketahui, namun ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko
seseorang terserang kanker kolorektum, yang meliputi :
- UsiaResiko kanker kolorektum meningkat seiring dengan pertambahan usia. Penyakit ini paling umum terjadi pada mereka yang berusia di atas 50 tahun. Namun, penyakit ini juga dapat menyerang mereka yang lebih muda.
- Jenis kelaminSecara keseluruhan resiko kanker kolorektum pada pria dan wanita adalah seimbang. Namun, wanita memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap kanker kolon, sementara pria memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap kanker rektum.
- PolipPolip adalah pertumbuhan yang tidak bersifat kanker pada dinding dalam kolon atau rektum, namun ada 1 tipe polip bernama adenoma yang meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektum. Adenomas merupakan polip yang dianggap sebagai perintis atau langkah awal menuju kanker kolon dan rektum.
- Riwayat pribadiPenelitian menunjukkan wanita yang memiliki riwayat kanker ovarium, rahim, atau payudara memiliki resiko yang sedikit lebih tinggi untuk terserang kanker kolorektum. Seseorang yang sudah pernah terserang kanker kolorektum mungkin akan terserang kembali untuk kedua kalinya, khususnya jika kanker pertama didiagnosisi sebelum usia 60 tahun. Sebagai tambahan, seseorang yang memiliki kondisi peradangan kronis pada kolon, seperti ulcerative colitis atau Crohn's disease berada dalam resiko yang lebih tinggi untuk terserang kanker kolorektum.
- Riwayat keluargaOrang tua, saudara kandung, dan anak-anak dari seorang penderita kanker kolorektum memiliki kecenderungan untuk terserang kanker kolorektum. Jika terdapat 2 orang atau lebih anggota keluarga menderita kanker kolorektum, resiko meningkat sampai 20%. Riwayat keluarga menderita Familial Adenomatous Polyposis (FAP), MYH Associated Polyposis (MAP), atau Hereditary Non-Polyposis Colon Cancer (HNPCC) meningkatkan resiko terjadinya kanker kolon. HNPCC juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit kanker lainnya.
- DietDiet rendah serat serta tinggi lemak dan kolesterol dikaitkan dengan peningkatan resiko terjadinya kanker kolorektum.
- Gaya hidupRokok, alkohol, malas berolahraga, dan kelebihan berat badan mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektum.
- DiabetesPenderita diabetes memiliki 30 – 40 % peningkatan resiko kanker kolorektum.
- Daerah geografisInsiden kanker kolorektum tertinggi di negara-negara industri maju, sedangkan yang terendah di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Memiliki 1 atau lebih faktor resiko di atas tidak
menjamin bahwa anda akan terserang kanker kolorektum. Namun,
sebaiknya anda diskusikan dengan dokter mengenai faktor resiko yang
anda miliki. Dokter mungkin dapat menyarankan langkah-langkah yang
dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan anda terserang kanker kolorektum.
Bagaimana cara mencegah kanker kolorektum?
Pada beberapa orang, sangat jelas alasan mengapa
mereka terserang kanker kolorektum, yaitu karena mereka mewarisi
penyakit tersebut. Namun pada sebagian besar penderita, penyebabnya
tidak dapat teridentifikasi. Tanpa mengetahui penyebabnya, pencegahan
penyakit akan menjadi perkara yang rumit. Penelitian menunjukkan
bahwa aspirin mungkin membantu mencegah Hereditary Non-Polyposis
Colorectal Cancer (HNPCC). Obat-obatan lain seperti cecloxib dan
sulindac yang merupakan obat-obatan untuk arthritis (radang sendi),
mungkin membantu mengurangi rekurensi (kekambuhan) adenomatus polyps.
Selain itu diet sehat, tidak merokok, dan olahraga teratur dipercaya
dapat membantu mencegah kanker kolorektum.
Diet sehat dan berolahraga secara teratur
Para ahli merekomendasikan bahwa sebagai langkah
awal menuju pencegahan kanker kolorektum, kita harus memperhatikan
diet sehat (rendah lemak dan tinggi serat) dan berolahraga secara
teratur. Untuk menurunkan kadar lemak dalam diet sehari-hari, anda
dapat mengubah pola makan dan cara memasaknya. Sumber utama lemak
terdapat pada daging, telur, produk olahan susu, dan minyak yang
biasa digunakan dalam memasak. Untuk meningkatkan kadar serat dalam
diet sehari-hari makan lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan,
roti gandum dan sereal.
Aspirin
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa aspirin
mungkin menghentikan penggandaan diri sel-sel kanker. Sebagai
tambahan, obat-obatan NSAID lainnya seperti sulindac dan cecloxib
mungkin memperkecil ukuran polip kolon, sehingga resiko kanker kolon
juga ikut berkurang. Namun, seberapa besar dosis yang dibutuhkan
untuk memberi efek penurunan resiko kanker kolon ini masih belum
diketahui. Sebagai tambahan, tidak semua orang dapat bertoleransi
terhadap efek aspirin atau obat-obatan NSAID lainnya yang berhubungan
dengan masalah pencernaan, peningkatan resiko pendarahan, interaksi
obat, atau permasalahan medis lainnya. Jika anda khawatir mengenai
resiko terjadinya kanker kolon, diskusikan terlebih dahulu dengan
dokter sebelum mengkonsumsi aspirin.
Pemeriksaan rutin
Sebagian besar masalah kesehatan memberikan respon
terbaik terhadap perawatan jika didiagnosis sedini mungkin. Untuk
menangkap abnormalitas sedini mungkin, anda mungkin membutuhkan
pemeriksaan rutin yang meliputi pemeriksaan rektum, pemeriksaan darah
dalam feses/tinja, dan pemeriksaan lainnya seperti barium enema,
flexible sigmoidoscopy, atau colonoscopy. Pemeriksaan yang
direkomendasikan dokter tergantung pada resiko kanker kolorektum
individual.
0 comments :
Post a Comment