Diagnosis dan perawatan kanker kolorektum - Memasuki usia 50 tahun, sebaiknya kita mulai melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi dini kanker kolorektum (terutama direkomendasikan bagi mereka yang beresiko tinggi).
image : columbiasurgery.org |
Bagaimana diagnosis kanker kolorektum?
Pemeriksaan rutin tradisional yang biasa dilakukan dokter adalah Digital Rectal Exam (DRE) atau pemeriksaan colok dubur. Sedangkan yang dapat anda lakukan adalah mengumpulkan 3 sampel feses/tinja untuk pemeriksaan jejak darah didalamnya. Kedua pemeriksaan ini dilakukan 1 kali per tahun. Selain itu, setiap 3 – 5 tahun anda mungkin mendapatkan sigmoidoscopy dan Double-Contrast Barium Enema untuk melihat bagian bawah kolon.Jika hasil pemeriksaan menunjukkan sesuatu yang abnormal, anda akan dirujuk untuk mendapatkan colonoscopy. Colonoscopy merupakan pemeriksaan kolon dan rektum dengan sebuah scope atau tabung fleksibel yang menyerupai sigmoidoscope namun lebih panjang.
Sekarang, sebagian besar dokter menganjurkan untuk
melakukan colonoscopy setiap 10 tahun. Namun, pemeriksaan lain
terkadang direkomendasikan jika pasien tidak bisa atau tidak mau
menjalani colonoscopy. Tersedia sebuah prosedur pemeriksaan
non-invasif yang bernama Virtual Colonoscopy (VC) atau disebut juga
CT Colonography, yang tidak menggunakan tabung, melainkan menggunakan
spiral computed tomography, yang menghasilkan gambaran 3 dimensi
kolon setelah dikosongkan dan kemudian diisi dengan udara.
Biopsi atau sampel jaringan dari daerah yang tampak
mencurigakan dapat diambil selama prosedur colonoscopy untuk analisis
laboratorium.
Biopsi dibutuhkan untuk memastikan diagnosis kanker.
Sedangkan pencitraan menggunakan sinar-X serta CT scans pada perut,
dada, dan panggul dilakukan untuk mencari tahu apakah kanker sudah
menyebar ke tempat lain. Positron Emission Tomography (PET) scans
merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas tinggi untuk mendeteksi
metastasis (penyebaran) kanker kolon. Biasanya pemeriksaan ini lebih
membantu dalam mendeteksi rekurensi (kekambuhan) dibandingkan dengan
penggunaannya dalam menentukan stadium.
Tes darah juga mungkin dilakukan untuk mencari tahu
seberapa baik fungsi hati dan ginjal, untuk mengetahui apakah anda
mengalami anemia atau tidak serta untuk mengukur kadar substansi yang
disebut dengan CarcinoEmbryonic Antigen (CEA), yang sering ditemukan
dalam darah dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari normal pada
kasus kanker kolorektum, terutama jika kanker telah menyebar.
Bagaimana perawatan kanker kolorektum?
Perawatan kanker kolorektum tidak hanya melibatkan terapi spesifik untuk menyembuhkan atau mengendalikan penyakit, melainkan juga strategi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien. Mengembalikan dan memelihara kualitas hidup merupakan isu sentral bagi dokter, sebagaiman halnya bagi kerabat pasien.Beberapa terapi komplementer dapat memberi nilai tambah jika dilakukan bersama dengan perawatan medis standar untuk membantu pasien lebih bertoleransi terhadap penyakit yang diderita beserta perawatannya. Namun, terapi komplementer tidak pernah bisa menggantikan perawatan standar kanker.
Tipe utama perawatan kanker kolorektum meliputi
operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Tergantung pada stadium kanker,
perawatan-perawatan tersebut mungkin perlu untuk dikombinasikan.
Operasi
Operasi merupakan perawatan yang paling efektif bagi
tumor kolorektum yang bersifat lokal. Tumor yang sangat kecil dapat
dibuang melalui colonoscopy. Namun pada tumor yang kecil sekalipun,
pembuangan kolon yang mengandung jaringan tumor, jaringan lemak di
sekitarnya, dan limfe (kelenjar getah bening) terdekat merupakan
perawatan terbaik. Operasi mungkin dilakukan melalui laparoscopy
maupun metode terbuka dengan insisi (sayatan) yang lebih besar.
Biasanya ahli bedah dapat menyambungkan kembali
bagian kolon dan rektum yang sehat. Namun jika hal tersebut tidak
memungkinkan, ahli bedah akan membentuk stoma, sebuah lubang buatan
pada dinding perut, dimana rute kolon yang terputus akan dialihkan ke
stoma dan menjadi tempat berkumpulnya kotoran yang dikeluarkan.
Prosedur ini disebut dengan colostomy, dan biasanya hanya bersifat
sementara. Ketika masa penyembuhan telah tercapai, operasi kedua akan
dilakukan untuk menghubungkan kembali kolon dan rektum. Colostomy
yang bersifat permanen lebih umum dibutuhkan pada kanker rektum,
dimana mempertahankan rektum merupakan suatu hal yang sulit untuk
dilakukan.
Segera setelah operasi, pasien dapat menerima
obat-obatan penghilang nyeri maupun obat-obatan lainnya untuk
meringankan diare atau konstipasi/sembelit yang bersifat sementara.
Setelah operasi, pasien diberi motivasi untuk makan makanan yang
bergizi, tinggi kalori dan protein, dengan tujuan untuk memperoleh
kekuatan dan agar proses penyembuhan terjadi sebagaimana mestinya.
Radioterapi
Radioterapi merupakan perawatan menggunakan sinar
berenergi tinggi yang menghancurkan sel-sel kanker. Pada kanker
rektum, radiasi biasanya diberikan setelah operasi bersama-sama
dengan kemoterapi (disebut sebagai terapi adjuvant), dengan tujuan
untuk menghancurkan sel-sel kanker yang masih tertinggal. Selain itu,
radiasi dapat dilakukan bersama-sama dengan kemoterapi sebelum
operasi (disebut sebagai terapi neoadjuvant) dengan tujuan untuk
menyusutkan ukuran tumor yang besar sehingga operasi menjadi lebih
mudah untuk dilakukan. Pada kanker rektum stadium lanjut, radiasi
dapat dilakukan untuk menyusutkan ukuran tumor yang menyebabkan
gejala penyumbatan pada saluran pencernaan, pendarahan, dan rasa
nyeri.
Radioterapi dapat dilakukan pada penderita kanker
kolon dengan tumor yang melekat pada organ lain dalam perut, atau
jika tumor ditemukan berdekatan dengan tepi kanker yang telah
dioperasi.
Kemoterapi
Obat-obatan kemoterapi digunakan untuk mengobati
berbagai stadium kanker kolorektum. Obat-obatan tersebut meliputi 5 –
flurouracil, Xeloda, Camptosar, dan Eloxatin. Obat-obatan ini umumnya
digunakan dalam kombinasi antara yang 1 dengan yang lainnya.
Kemoterapi dapat diberikan secara langsung pada hati jika kanker
kolon telah bermetastasis ke hati.
Ada 5 jenis obat-obatan yang telah diakui dalam
pengobatan kanker kolon yang bekerja dengan cara yang sama sekali
berbeda. Obat-obatan tersebut adalah Erbitux, Avastin, Stivarga,
Zaltrap, dan Vectibix, suatu bentuk terapi kanker yang disebut
dengan immunotherapy atau biotherapy. Obat-obatan tersebut bekerja
dengan cara memblokir suplai darah atau protein yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan sel-sel kanker. Obat-obatan tersebut dapat digunakan
untuk pengobatan kanker kolorektum stadium lanjut, dimana kanker
telah bermetastasis (menyebar) ke bagian tubuh lainnya.
Ketika kanker kolon atau rektum mencapai masa
remisi, follow-up exam untuk mendeteksi rekurensi (kekambuhan) sangat
penting untuk dilakukan. Namun, ratusan ribu penderita dapat
menjalani hidup normal dengan nyaman setelah operasi dan colostomy.
Walaupun penyesuaian diri untuk menjalani kehidupan setelah colostomy
membutuhkan waktu, dukungan, dan pengertian, sebagian besar penderita
dengan stoma dapat kembali menikmati makanan seperti sediakala.
0 comments :
Post a Comment