Saturday, April 13, 2013

Diagnosis dan Perawatan Kanker Kolorektum

Diagnosis dan perawatan kanker kolorektum - Memasuki usia 50 tahun, sebaiknya kita mulai melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi dini kanker kolorektum (terutama direkomendasikan bagi mereka yang beresiko tinggi).

image : columbiasurgery.org


Bagaimana diagnosis kanker kolorektum?

Pemeriksaan rutin tradisional yang biasa dilakukan dokter adalah Digital Rectal Exam (DRE) atau pemeriksaan colok dubur. Sedangkan yang dapat anda lakukan adalah mengumpulkan 3 sampel feses/tinja untuk pemeriksaan jejak darah didalamnya. Kedua pemeriksaan ini dilakukan 1 kali per tahun. Selain itu, setiap 3 – 5 tahun anda mungkin mendapatkan sigmoidoscopy dan Double-Contrast Barium Enema untuk melihat bagian bawah kolon.

Jika hasil pemeriksaan menunjukkan sesuatu yang abnormal, anda akan dirujuk untuk mendapatkan colonoscopy. Colonoscopy merupakan pemeriksaan kolon dan rektum dengan sebuah scope atau tabung fleksibel yang menyerupai sigmoidoscope namun lebih panjang.

Sekarang, sebagian besar dokter menganjurkan untuk melakukan colonoscopy setiap 10 tahun. Namun, pemeriksaan lain terkadang direkomendasikan jika pasien tidak bisa atau tidak mau menjalani colonoscopy. Tersedia sebuah prosedur pemeriksaan non-invasif yang bernama Virtual Colonoscopy (VC) atau disebut juga CT Colonography, yang tidak menggunakan tabung, melainkan menggunakan spiral computed tomography, yang menghasilkan gambaran 3 dimensi kolon setelah dikosongkan dan kemudian diisi dengan udara.

Biopsi atau sampel jaringan dari daerah yang tampak mencurigakan dapat diambil selama prosedur colonoscopy untuk analisis laboratorium.

Biopsi dibutuhkan untuk memastikan diagnosis kanker. Sedangkan pencitraan menggunakan sinar-X serta CT scans pada perut, dada, dan panggul dilakukan untuk mencari tahu apakah kanker sudah menyebar ke tempat lain. Positron Emission Tomography (PET) scans merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas tinggi untuk mendeteksi metastasis (penyebaran) kanker kolon. Biasanya pemeriksaan ini lebih membantu dalam mendeteksi rekurensi (kekambuhan) dibandingkan dengan penggunaannya dalam menentukan stadium.

Tes darah juga mungkin dilakukan untuk mencari tahu seberapa baik fungsi hati dan ginjal, untuk mengetahui apakah anda mengalami anemia atau tidak serta untuk mengukur kadar substansi yang disebut dengan CarcinoEmbryonic Antigen (CEA), yang sering ditemukan dalam darah dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari normal pada kasus kanker kolorektum, terutama jika kanker telah menyebar.

Bagaimana perawatan kanker kolorektum?

Perawatan kanker kolorektum tidak hanya melibatkan terapi spesifik untuk menyembuhkan atau mengendalikan penyakit, melainkan juga strategi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien. Mengembalikan dan memelihara kualitas hidup merupakan isu sentral bagi dokter, sebagaiman halnya bagi kerabat pasien.

Beberapa terapi komplementer dapat memberi nilai tambah jika dilakukan bersama dengan perawatan medis standar untuk membantu pasien lebih bertoleransi terhadap penyakit yang diderita beserta perawatannya. Namun, terapi komplementer tidak pernah bisa menggantikan perawatan standar kanker.

Tipe utama perawatan kanker kolorektum meliputi operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Tergantung pada stadium kanker, perawatan-perawatan tersebut mungkin perlu untuk dikombinasikan.

Operasi

Operasi merupakan perawatan yang paling efektif bagi tumor kolorektum yang bersifat lokal. Tumor yang sangat kecil dapat dibuang melalui colonoscopy. Namun pada tumor yang kecil sekalipun, pembuangan kolon yang mengandung jaringan tumor, jaringan lemak di sekitarnya, dan limfe (kelenjar getah bening) terdekat merupakan perawatan terbaik. Operasi mungkin dilakukan melalui laparoscopy maupun metode terbuka dengan insisi (sayatan) yang lebih besar.

Biasanya ahli bedah dapat menyambungkan kembali bagian kolon dan rektum yang sehat. Namun jika hal tersebut tidak memungkinkan, ahli bedah akan membentuk stoma, sebuah lubang buatan pada dinding perut, dimana rute kolon yang terputus akan dialihkan ke stoma dan menjadi tempat berkumpulnya kotoran yang dikeluarkan. Prosedur ini disebut dengan colostomy, dan biasanya hanya bersifat sementara. Ketika masa penyembuhan telah tercapai, operasi kedua akan dilakukan untuk menghubungkan kembali kolon dan rektum. Colostomy yang bersifat permanen lebih umum dibutuhkan pada kanker rektum, dimana mempertahankan rektum merupakan suatu hal yang sulit untuk dilakukan.

Segera setelah operasi, pasien dapat menerima obat-obatan penghilang nyeri maupun obat-obatan lainnya untuk meringankan diare atau konstipasi/sembelit yang bersifat sementara. Setelah operasi, pasien diberi motivasi untuk makan makanan yang bergizi, tinggi kalori dan protein, dengan tujuan untuk memperoleh kekuatan dan agar proses penyembuhan terjadi sebagaimana mestinya.

Radioterapi

Radioterapi merupakan perawatan menggunakan sinar berenergi tinggi yang menghancurkan sel-sel kanker. Pada kanker rektum, radiasi biasanya diberikan setelah operasi bersama-sama dengan kemoterapi (disebut sebagai terapi adjuvant), dengan tujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang masih tertinggal. Selain itu, radiasi dapat dilakukan bersama-sama dengan kemoterapi sebelum operasi (disebut sebagai terapi neoadjuvant) dengan tujuan untuk menyusutkan ukuran tumor yang besar sehingga operasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Pada kanker rektum stadium lanjut, radiasi dapat dilakukan untuk menyusutkan ukuran tumor yang menyebabkan gejala penyumbatan pada saluran pencernaan, pendarahan, dan rasa nyeri.

Radioterapi dapat dilakukan pada penderita kanker kolon dengan tumor yang melekat pada organ lain dalam perut, atau jika tumor ditemukan berdekatan dengan tepi kanker yang telah dioperasi.

Kemoterapi

Obat-obatan kemoterapi digunakan untuk mengobati berbagai stadium kanker kolorektum. Obat-obatan tersebut meliputi 5 – flurouracil, Xeloda, Camptosar, dan Eloxatin. Obat-obatan ini umumnya digunakan dalam kombinasi antara yang 1 dengan yang lainnya. Kemoterapi dapat diberikan secara langsung pada hati jika kanker kolon telah bermetastasis ke hati.

Ada 5 jenis obat-obatan yang telah diakui dalam pengobatan kanker kolon yang bekerja dengan cara yang sama sekali berbeda. Obat-obatan tersebut adalah Erbitux, Avastin, Stivarga, Zaltrap, dan Vectibix, suatu bentuk terapi kanker yang disebut dengan immunotherapy atau biotherapy. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara memblokir suplai darah atau protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel-sel kanker. Obat-obatan tersebut dapat digunakan untuk pengobatan kanker kolorektum stadium lanjut, dimana kanker telah bermetastasis (menyebar) ke bagian tubuh lainnya.

Ketika kanker kolon atau rektum mencapai masa remisi, follow-up exam untuk mendeteksi rekurensi (kekambuhan) sangat penting untuk dilakukan. Namun, ratusan ribu penderita dapat menjalani hidup normal dengan nyaman setelah operasi dan colostomy. Walaupun penyesuaian diri untuk menjalani kehidupan setelah colostomy membutuhkan waktu, dukungan, dan pengertian, sebagian besar penderita dengan stoma dapat kembali menikmati makanan seperti sediakala.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

0 comments :

Post a Comment